Oleh: Arief Siddiq Razaan
BEBERAPA televisi swasta menayangkan program ‘reality show’ dengan konsep mengupas alam gaib. Kebanyakan, pada program tersebut dinyatakan bahwa pengambilan gambarnya dilakukan pada malam Jumat. Hal ini secara tidak langsung sebuah usaha menanamkan pola pikir, bahwa malam Jumat itu angker, banyak setan bergentayangan.
Padahal, dalam pandangan Islam, justru malam Jumat itu malam yang paling mulia. Hal ini, sesuai dengan pendapat Imam Jafar Ash-Shadiq (sa) yang menyatakan, “Barangsiapa yang mati di antara matahari tergelincir hari Kamis hingga matahari tergelincir hari Jum’at, Allah melindunginya dari siksa kubur yang menakutkan.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya malam Jum’at dan harinya adalah 24 jam milik Allah Azza wa Jalla. Setiap jamnya ada enam ratus ribu orang yang diselamatkan dari api neraka.”
Begitulah fakta yang sebenarnya, namun justru media televisi mengaburkannya. Upaya menjadikan malam Jumat sebagai malam yang menyeramkan tentu sebuah pendangkalan akidah Islam. Padahal kebermanfaatan beribadah pada malam Jumat ternyata begitu luar biasa. Oleh sebab itu, sebagai umat muslim kita mesti berhati-hati dengan propaganda yang disebarkan media tak bertanggungjawab.
Bahkan secara tegas Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hari Jum’at adalah penghulu semua hari, di dalamnya Allah azza wa jalla melipatgandakan kebaikan, menghapus keburukan, mengangkat derajat, mengijabah doa, menghilangkan duka, dan menunaikan hajat-hajat yang besar.
Hari Jum’at adalah hari Allah menambah jumlah orang-orang yang dibebaskan dari neraka. Tidak ada seorang pun manusia yang memohon perlindungan di dalamnya dan ia mengenal hak-Nya serta yang diharamkan-Nya, kecuali Allah berhak membebaskan dan menyelamatkan ia dari neraka.
Jika ia mati pada hari Jum’at atau malamnya, ia mati syahid dan membangkitkan dari kuburnya dalam keadaan aman.Tidak ada seorang pun yang meremehkan apa yang diharamkan oleh Allah dan menyia-nyiakan hak-Nya, kecuali Allah berhak mencampakkannya ke dalam neraka Jahannam kecuali ia bertaubat.”
Jadi, pilihan bijaksana bagi umat Islam meyakini fadilah malam Jumat dengan bersemangat dalam ibadah, memperbanyak kebaikan lewat kesanggupan membijaksanakan hati dan pikiran dengan berserah kepada Allah. Berdoa dengan sepenuh yakin agar kemuliaan iman dapat meneduh di dalam batin. Jangan percaya dokrin-dokrin yang menyesatkan, bahwa malam Jumat itu banyak hantu bergentayangan, karena iblis itu akan selalu ada pada malam apa pun untuk menggoda umat manusia agar terjerumus ke dalam dosa.
Melihat semakin maraknya tayangan misteri yang menyatakan malam Jumat sebagai malam keramat, ini menjadi peringatan kepada Lembaga Penyiaran Indonesia sebagai otoritas yang memberikan izin penyiaran suatu acara untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan memilah, mana acara yang berkualitas dan mana acara yang bernilai sampah.
Jika penayangan ‘reality show’ berbalut alam gaib hanya memunculkan adegan kesurupan, tidak ada manfaatnya sama sekali. Karena itu jelas menunjukkan bahwa oknum yang dilibatkan dalam proses syuting tidak membentengi dirinya dengan bekal iman yang kuat.
Andai saja imannya kuat, mana mungkin bisa dirasuki makhluk gaib dengan sebegitu mudahnya? Atau jangan-jangan, ada unsur rekayasa di dalamnya, agar terlihat menyeramkan dan menaikkan jumlah penonton, akhirnya dibuatlah semacam skenario kesurupan. Apabila memang demikian, maka sudah sepatutnya acara yang mengupas alam gaib sebaiknya dihentikan, sebab ada pembodohan publik yang terstruktur, masif dan terencana.
Mayarakat butuh tontonan yang mendidik. Apabila ingin mengungkap alam gaib, maka tidak perlu menciptakan malam Jumat sebagai malam keramat, setan-setan berkeliaran di segala tempat. Lagipula perihal hal-hal yang bersifat gaib, itu rahasia Allah Subahanahu wa ta’ala.
Tugas kita selaku umat Islam ialah meyakini adanya alam gaib, namun jangan pula merusak tatanan yang sudah ditentukan oleh-Nya. Semoga kita tergolong kepada hamba-Nya yang lebih bijaksana, sehingga ke depan tidak ada lagi tayangan televisi yang dapat merusak akidah dibiarkan leluasa dipertontonkan secara manasuka. Aamiin. []