Oleh: Ariyani Syahniar
asyahniar@gmail.com
DICERITAKAN ada seorang laki-laki dari pedalaman yang menikahi sepupunya. Istrinya melahirkan sembilan anak laki-laki.
Tetapi pada kehamilannya yang kesepuluh, dia melahirkan anak perempuan.
Ketika dikabarkan dengan kelahiran anak perempuannya, dia sangat sedih dan merasa terhina.
BACA JUGA: Mengirim Gambar Porno dari Dalam Kubur
Sambil berteriak sang suami berkata: “Aduhai… sungguh malam yang kelam… malam yang kelam.”
Kemudian ia melihat istrinya dengan pandangan pesimis seolah-olah istrinyalah lah penyebab kelahiran anak perempuannya itu.
Hari demi hari berlalu. Ayah ini menjadi tua dan semakin melemah. Hari-hari berlalu, ia lantas kehilangan penglihatannya dan menjadi buta.
Anak-anaknya telah menikah. Masing-masing sibuk dengan kehidupan mereka sampai melupakan sang ayah yang kondisinya telah mengkhawatirkan.
Begitu pula putrinya yang juga telah menikah.
Namun berbeda dengan kesembilan saudara laki-lakinya. Ketika dia mendengar apa yang terjadi pada ayahnya, dia bergegas pergi menjenguk sang ayah.
Dia masuki rumah, mulai memandikan ayahnya, membersihkan tempat tinggalnya, dan memasak untuknya. Sang ayah merasakan kenyamanan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Ketika putrinya mendekat untuk memberinya obat, dia meraih tangannya dan bertanya: “Siapa kamu, wahai anak perempuan?”
Dengan air mata yang mengalir di pipinya, anak itu menjawab, “Aku lah malammu yang kelam, wahai ayah.”
BACA JUGA: Bertahun-tahun Bekerja, Kau Tak Bisa Bedakan Buah Masam dan Manis?
Lalu ayah itu menyadari bahwa dia adalah putrinya.
Sambil menangis dengan nada menyesal sang ayah menjawab “Maafkan aku wahai putriku. Aduhaiii, andai saja seluruh malamku adalah malam yang kelam.” []
Diambil dari cerita berbahasa arab yang berjudul يا ليلى الأسود dan diterjemahkan oleh Ariyani S.