Oleh: Enni Wahidah
Mahasiswi Kota Malang
aktivismuslimahmalang@gmail.com
SETIAP orang pasti menginginkan kesuksesan dan kesenangan dalam hidupnya. Tak ada manusia yang menolak jika hal ini datang ke kehidupan mereka. Tapi, untuk mendapatkan itu semua tidaklah mudah. Dibutuhkan effort yang sepadan dengan apa yang diinginkan. Ada istilah “usaha tidak akan pernah menghianati hasil.” Ibaratnya, hasil adalah buah yang kita petik dari pohon yang kita tanam. Buah pohon itu memengaruhi bagaimana si petani merawatnya, jika pohon sering dipupuk, disiram dan benar-benar dirawat maka pohon tersebut pasti akan menghasilkan buah yang bagus, besar-besar serta manis.
Begitu juga sebaliknya, jika tanaman tersebut dibiarkan tumbuh tanpa perawatan apapun, maka si petani akan memetik buah yang kurang bagus, atau bahkan tak berbuah. Jadi bertanyalah pada hasil karna hasil akan mengatakan dengan sejujur-jujurnya seberapa besar usaha kita.
Lalu, bagaimana dengan seseorang yang tidak mau berusaha, apakah dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan? Bisa, dengan berkhayal, dan itu bersifat sementara, hanya beberapa saat saja, jika lamunanmu buyar maka hilang la apa yang kamu inginkan. Khususnya, kita sebagai umat muslim jangan sampai terbuai dalam semunya khayalan.
BACA JUGA: 15 Tanda Orang Malas
Umat muslim harus produktif, harus bekerja keras dan gunakan waktu sebaik mungkin dengan aktititas-aktifitas yang bermanfaat. Karena, sekecil apapun hal yang kita inginkan jika tidak ada kemauan untuk berusaha maka tidak akan ada hasil yang bisa didapatkan.
Contoh kecil ketika lapar. Ingin makan, tapi mager untuk keluar membeli makanan, boro-boro bisa kenyang. Ya sudah, maka kelaparan lah risiko yang harus ia tanggung. Hal Ini membuktikan bahwa kita butuh usaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan malas adalah salah 1 penyebab dari gagalnya seseoarang.
Contohnya, banyak orang menginginkan surga, tapi ia masih enggan untuk meninggalkan larangan dan melakukan apa yang Allah perintahkan, misalnya sholat lima waktu bolong-bolong, tidak berdakwah, pacaran, mencuri dan lain sebagainya. Apakah orang yang demikian ini tidak tau bahwa hal diatas adalah hal terlarang? Bisa jadi dia tidak tahu, di samping itu bisa jadi ia malas untuk melakukannya karena masih terbuai dengan fana nya dunia.
Kebanyakan orang tak mau jatuh miskin, tapi malas untuk bekerja. Banyak orang pengen bisa bahasa arab, tapi malas belajar. Dan juga, Banyak orang ingin bisa beretorika menarik dalam dakwah tapi ia malas untuk berlatih. Mengapa malas ini begitu betah dan tak mau pergi?
Ya, semua ini terjadi karena tidak sungguh-sungguh menginginkan hal itu, komitmennya kurang, semangatnya juangnya hanya ada di waktu tertentu saja. Di waktu tertentu dalam artian, ketika kagum melihat temannya sukses, bisa menguasi beberapa bahasa dan retorika dalam menyampaikan dakwah sangat bagus. Nah disitulah semangatnya menggebu-ngebu, tak sabar pengen cepet-cepat melakukan hal yang sama di hari itu juga. Eh, ke esokan harinya malas mau belajar dan “nanti aja lah masih ada besok.”
Inilah gambaran orang yang tidak bersungguh-sungguh dalam berkomitmen ia ibarat kapas yang berada dipadang pasir, mudah terbawa kemanapun arah angin bertiup. Umpama seseorang yang tak teguh dalam pendiriannya dan tak serius untuk meraih mimpinya. Ia mudah terlena akan hal-hal yang makruh dan Haram dan lebih sering menunda hal-hal yang wajib dan sunnah.
Nah, orang seperti ini yang dinamakan dengan ‘orang yang tak menghargai waktu’ dan ‘orang yang belum bisa memprioritaskan amal’, ia sering menunda-nunda untuk melakukan amal shalih, padahal amalan itulah yang akan memberatkan timbangannya diyaumul hisab kelak, dan berharap hari esok ada kesempatan untuk beramal shalih, padahal esok belum tentu datang, dan tidak ada yang menjamin hari esok masih bisa bernafas. Pokoknya, jangan jangan jadi orang yang merugi di kemudian hari karena tidak menggunakan waktu sebaik mungkin.
Bukannya tak sungguh-sungguh dalam beramal kok, kadang apa yang saya lakukan ini seperti tidak berguna ya? Misalnya, ingin berdakwah lewat tulisan. Ia melakukan segala cara untuk menunjang munculnya ide dalam menulis seperti baca buku, dengerin ceramah, dan pergi ke tempat refreshing misalnya, siapa tahu di tempat itu dapat ide yang cemerlang.
Eh, hasilnya percuma, buku yang dibaca tidak ada yang nyantol, dan pergi ke taman pun tidak dapet inspirasi ditambah lagi dengan merangkai kata-kata yang sulit (tulis hapus, tulis hapus, sampai akhirnya tutup laptop). Dan menariklah kesimpulan sendiri “ah sudahlah, menulis itu bukan bakatku” saat itu pulah anda berputus asa, dan tak mau menulis lagi padahal untuk menjadikan terbiasa dalam hal apapun, Anda perlu latihan dan pengulangan secara terus menerus. Sebab, ahli merangkai kata dalam tulisan ato dalam hal apapun tidak didapatkan dalam waktu 1x atau 2x tapi butuh berkali-kali.
BACA JUGA: Malas Shalat, Mengapa?
Ketika anda berpikiran bahwa ‘susah! tak akan bisa! dan bahkan beranggapan bahwa apa yang dikerjakan useless!’ dilanjutkan dengan tidak ada kemauan untuk mencoba lagi, waspada anda terinfeksi sindrom Malas. Karna kemalasanla yang membuat anda tak ingin berusaha lebih giat lagi.
Lalu, bagaimana cara membuang rasa Malas ini? Caranya dengan pikirkan bahwa waktu tak akan bisa diputar kembali. Maka hargailah waktu sebaik-baiknya, lakukan apa yang Allah perintahkan, lakukan dengan Lillah. Tinggalkan hal-hal yang membuat kamu lalai akan perintah Allah. Ingat, tidak ada yang kita kerjakan sia-sia, semua akan berdampak pada diri kita sekecil apapun itu. Jadi, jangan dulu cepat menyerah, jangan dulu merasa bosan dengan apa yang dikerjakan. Bertahanlah, Kuatlah! dan lawan musuhmu itu (Malas). []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.