MALU adalah perasaan tidak enak, bersalah, sesal yang dimiliki semua manusia, dan berada di dalam diri manusia.
Rasa malu mempunyai dampak yang dahyat untuk mengontrol dan mengendalikan seseorang dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa melihat di media elektronik, radio maupun surat kabar seorang muslim tanpa rasa malu melanggar aturan-aturan Allah SWT, seperti pembunuhan, pencurian, perampokan yang terjadi setiap hari.
BACA JUGA: Hiasi Dirimu dengan Rasa Malu
Sifat malu adalah salah satu ciri orang beriman, bahkan malu dan iman akan selalu beriringan. Apabila salah satu hilang yang lain juga akan ikut hilang. Semakin kuat iman seseorang, semakin tebal ilmunya, begitu sebaliknya.
Dituturkan dari Ibn ‘Umar r.a.
Bahwasanya Rasulullah SAW melewati seorang sahabat Anshar yang sedang menasihati saudaranya karena pemalu. Kemudian Rasulullah SAW. bersabda, “Biarkanlah dia pemalu. Karena sesungguhnya malu adalah sebagian dari iman.” (Hadis ini dituturkan oleh Al-Bukhari dan Muslim).
Malu pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu selain kebaikan. Malu meminta pemiliknya agar menghias diri dengan yang mulia dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang hina.
BACA JUGA: Jika Rasa Malu Telah Tercerabut, Tunggulah Kebinasaan
Malu juga merupakan cabang dari keimanan. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Saya memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Maka iman yang paling utama adalah ucapan ‘Laa Ilaaha Illallaah’ dan yang paling rendah adalah kesulitan dari jalan. Dan malu adalah cabang dari iman.” (HR Muslim)
REDAKTUR : LARAS SETIANI