MALU adalah ciri orang beriman.
Rasulullah SAW bersabda, malu adalah sebagian dari iman, dan iman tempatnya di surga. Sementara perkataan kotor adalah tanda orang yang buruk perangainya dan tempat orang yang buruk perangainya adalah neraka. Dari Abu Hurairah ra
Malu terbagi menjadi dua macam, makhluk yang bersifat manusiawi dan makhluk yang bersifat imaniyah. Malu manusiawi adalah rasa malu yang dimiliki oleh semua manusia, seperti membuka aurat dan lainnya.
Sedangkan malu imaniyah adalah malu untuk mengerjakan hal-hal yang bertentangan dengan keimanan, seperti meninggalkan zina, berjudi dan sebagainya.
Malu Adalah Ciri Orang Beriman, Penjelasan dalam Al-Qur’an
Sesungguhnya Allah SWT tidak malu (untuk menunjukkan keagungan-Nya) dengan mengambil perumpamaan berupa nyamuk, maka (tentu lebih tidak malu lagi jika contohnya) lebih besar dari (nyamuk) itu. (Al-Baqarah [2]: 26)
Pesan dari ayat ini adalah, untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, Allah SWT bahkan tidak merasa sungkan, atau tidak percaya diri layaknya makhluk-Nya, untuk menggunakan perumpaan yang sangat sederhana sekali, misalnya nyamuk.
Disebutkan kalau orang beriman pasti mengerti kalau ada kebenaran pada pengambilan nyamuk sebagai contoh dari Allah SWT. Sementara bagi orang yang tidak beriman (kafir), ia malah memungkiri dan meremehkan, “Kok, nyamuk mau menunjukkan kebesaran Tuhan.”
BACA JUGA: Mencukur Bulu Kemaluan, Jangan Lebih dari 40 Malam
Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian masuk ke dalam rumah-rumah Nabi kecuali jika kalian sudah diizinkan (untuk datang menikmati) jamuan, dengan tidak menunggu-nunggu waktu (masakan)-nya. Tetapi jika kalian sudah dipanggil untuk datang, maka hadirlah.
Dan jika kalian sudah nikmati makanannya, pergilah dan jangan malah memperbanyak pembicaraan (yang tidak perlu). Sesungguhnya yang demikian itu menyakiti Nabi Saw. (namun) kemudian beliau malu terhadap kalian. Dan Allah SWT tidak malu (menerangkan) kebenaran. (Al-Ahzab: 53)
Ayat ini oleh banyak ulama disebut sebagai dasar etika bertamu dalam Islam. Di ayat ini, disebutkan Allah SWT. langsung bahwa salah satu sifat Nabi Saw. itu malu, dengan contohnya adalah para tamu yang datang ke rumah Nabi Saw. tidak kunjung kembali.
Lalu Allah memungkas sifat Nabi Saw. tersebut bahwa Allah SWT justru sebaliknya tidak malu menyampaikan apa yang benar. Kata fa yastahyii tersebut, kalau kita kembali pada penjelasan titik temu makna antara al-hayaat dengan al-hayaa, maka sikap malu Nabi Saw. (yastahyii) itu terwujud juga pada pembiaran pada kondisi yang ada.
Malu Adalah Ciri Orang Beriman, Kisah: Malik Ibnu Dinar
Malik Ibnu Dinar bertemu seorang pemuda di dekat anak tangga saat cuaca sangat dingin. Di atas anak tangga itu ia tersampir sebuah baju gamis tebal.
Tampaknya anak muda itu sedang berpikir keras dan keringatnya bercucuran. Kemudian Malik Ibnu Dinar berkata kepadanya, apa yang mendorongmu untuk berdiri ditempat seperti ini? Pemuda itu menjawab, Hai Malik ini adalah tempat aku bermaksiat kepada Allah SWT.
Malu Adalah Ciri Orang Beriman, Kisah: Fudhail Ibn Iyadh
Fudhail Ibn Iyadh. Berkata, “Kuncilah pintumu, tinggalkan bajumu, dan malulah kepada manusia serta jangan pernah merasa malu kepada Al-qur’an yang ada di dadamu dan jangan merasa malu kepada Allah SWT yang selalu melihat gerak-gerik mu.
Dikisahkan seseorang mengerjakan salat di luar masjid. Lalu dia ditanya tentang hal itu. Maka ia menjawab, “Sesungguhnya saya merasa malu kepadanya sehingga saya tidak berani masuk ke dalam rumahnya karena saya telah bermaksiat kepadanya.”
BACA JUGA: Wanita Tsabitah, Malu karena Gemuk?
Dalam syair disebutkan:
Peliharalah rasa malumu, karena sang kekasih
Akan menunjukkan rasa malunya di hadapan kekasihnya
Ketika seseorang duduk untuk memberikan nasihat kepada orang lain maka ada malaikat yang menyerahkan kepadanya, “nasehatilah dirimu terlebih dahulu dengan nasehat yang akan kamu sampaikan kepada orang lain. Jika kamu tidak bisa mengamalkan nasehat mu sendiri, maka kamu harus merasa malu kepada tuhanmu yang selalu melihatmu.”
Fudhail Ibnu iyadh berpesan, “Diantara tanda-tanda kecelakaan adalah hati yang keras, mata yang liar, tidak punya malu, cinta dunia, dan panjang angan-angan.”
Malu Adalah Ciri Orang Beriman, Kisah: Salman Alfarizi & Hasan Al Bashri
Salman Alfarizi mengatakan, “Bagiku mati lalu hidup lagi sebanyak tiga kali adalah lebih aku cintai daripada aku melihat aurat orang lain atau orang lain melihat auratku”
Hasan Al Bashri berpesan, “Saat masuk kamar mandi sebaiknya membawa dua kain. Satu Kain untuk menutup aurat dan satu kain untuk menutup mata.”
Yakni agar tidak bisa melihat aurat orang lain.
BACA JUGA: Apakah Orang Berpuasa Tidak Boleh Menggunting Kuku atau Mencukur Rambut Kemaluan?
Dalam syair disebutkan
Jika raut muka seseorang sudah tidak lagi ada rasa malu
Maka tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak punya malu
Seseorang tertidur di tempat menyamak kulit binatang. Kemudian dia ditanya, “Apa kamu tidak takut tidur di tempat seperti itu?”
Ia menjawab, “Saya malu kepada Allah SWT jika saya masih takut kepada selainnya.”
Malu Adalah Ciri Orang Beriman, Kisah: Nabi Isa AS
Nabi Isa AS berkata, “Hati-hatilah kalian dengan pandangan pertama karena pandangan pertama dapat menyuburkan syahwat dalam hati pemiliknya. ”
Hakim pernah ditanya tentang ciri orang yang fasik, ia menjawab, “Orang fasik adalah orang yang tidak dapat menutup pandangan matanya dari aurat perempuan. []
Sumber : Buku: Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh: Syekh Abdul Hamid Al-Anquri (Ulama Abad ke-8)