BULAN telah membulat sempurna, keadaan rumah sudah sepi. Anak-anak juga sudah tidur, seorang suami menghampiri istrinya yang tengah asyik mengetik.
“Ma, boleh minta tolong. Berhentilah mengetik dan berdandanlah yang cantik malam ini.”
“Papa kenapa sih? Kok minta yang aneh gitu, Mama lagi sibuk mempersiapkan laporan pertanggungjawaban untuk diserahkan kepada bos.”
BACA JUGA: Dipoligami, 3 Istri Tak Sadar Selama Ini Tinggal di Rumah yang Berdekatan
“Kan bisa dilanjutkan nanti, nanti Papa temani.”
Sang istri masih saja tidak menuruti kemauan suaminya, ia masih asyik dengan kesibukannya.
“Baiklah, kalau Mama berkeberatan. Sekarang, Papa ingin bertanya, mengapa setiap pagi Mama selalu berhias sangat cantik saat akan berangkat kerja?”
“Waduh, makin aneh saja pertanyaan Papa. Sudah jelas supaya Mama terlihat cantik di depan teman satu kantor, apalagi posisi Mama sebagai sekretaris, bos mewajibkan Mama terlihat rapi saat ada rapat. Lagipula, kalau Mama terlihat cantik di mata orang-orang, Papa ikut bangga juga kan? Dahulu saja, Papa tertarik pada Mama salah satunya saat melihat Mama terlihat cantik di mata Papa, bukankah begitu?”
Sang suami tersenyum. Kemudian berkata.
“Baiklah, jika itu jawaban Mama. Sekarang, bolehkah Papa minta tolong untuk besok pagi Mama tidak usah masuk kerja. Papa juga sudah mengambil jatah libur, sebab Aardhan kan liburan semester. Bagaimana kalau dari mulai pukul delapan pagi, sampai pukul tiga sore kita rekreasi keluarga?”
“Tidak bisa, Pa. Mama mau jadi pegawai teladan, kalau Mama malas-malasan kerja nanti dipecat jadi sekretaris dan jadi karyawan biasa akan sangat merugi.”
“Kan hanya sehari, Ma.”
“Waktu adalah uang, besok adalah rapat laporan akhir perusahaan. Ini sangat penting. Sudahlah, Papa berangkat rekreasi bareng Aardhan saja, kalau perlu ajak saja pembantu kita untuk mengurusi kebutuhan Papa selama rekreasi.”
Melihat respon istrinya yang demikian, akhirnya sang suami hanya mampu terdiam. Sejujurnya, ada keinginan yang mengganjal di hatinya. Pertama, malam ini ia mengharapkan istrinya merias diri karena ia ingin meminta berhubungan intim. Kedua, ia meminta istrinya meluangkan waktu delapan jam, pada keesokan harinya karena sudah setahun sejak istrinya menjabat sebagai sekretaris, tidak pernah lagi ada waktu luang untuk rekreasi sebagai wujud syukur atas prestasi yang diraih anaknya di sekolah.
Malam pun berlalu dengan cepat. Pada keesokan harinya, sang istri berdandan cantik karena kepentingan kantor. Sementara itu, pembantu mengurus segala kebutuhan rumah tangga, mulai memasak, menyapu, mencuci baju hingga persiapan rekreasi.
Sesampai di kantor, sang istri dipuji cantik oleh bosnya. Dia merasa sangat bangga, sebab tidak sia-sia usahanya berhias maksimal pada pagi hari tadi. Sementara itu, di tempat rekreasi, anak dan suaminya berserta pembantu menikmati rekreasi dengan bahagia. Saat sedang membeli minuman, Aardhan bertemu sahabat baru.
“Wah, kamu bahagia ya. Rekreasi bisa bareng ayah dan ibu. Nggak kayak aku, cuma bareng kakakku. Andai saja aku boleh meminta kepada Allah, aku ingin punya ibu baru, sebab ibuku tidak pernah mau mengurus kebutuhanku.”
BACA JUGA: Poligaminya Rasulullah
Aardhan terdiam. Entah apa yang dipikirkannya. Hingga sore hari saat sesudah pulang dari rekreasi. Aardhan menunggu Mamanya pulang ke rumah ingin menceritakan pengalamannya. Begitu Mamanya pulang, ternyata langsung tidur. Malam harinya, Aardhan menemui Mamanya.
“Ma, boleh tidak aku minta ibu satu lagi?” []
Arief Siddiq Razaan
BERSAMBUNG