Oleh: Muhammad Ardi
Universita Indraprasta PGRI
aardimuhammadd31@gmail.com
PENGGUNAAN media sosial nampaknya telah menjadi keseharian bahkan menjadi kebutuhan untuk sebagian besar masyarakat Indonesia. Apalagi dijaman yang sekarang serba modern, tidak sedikit yang menjadikan media sosial sebagai tempat untuk memperoleh dan menyebarkan informasi.
Akan tetapi banyak yang lupa bahwa media sosial merupakan ruang publik yang dapat diakses siapapun, meskipun tidak berinteraksi secara lansung, tetap dibutuhkan etika dalam setiap interaksi didalamnya.
BACA JUGA: Suka ‘Pamer’; di Medsos, Waspada Ain!
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah (hurumat) maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan dihalalkan bagi kamu semua hewan ternak, kecuali yang diterangkan kepadamu (keharamannya) maka jauhilah olehmu (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta.” (Q.S Al-Hajj : 30)
Dalam menyampaikan informasi kita tidak boleh memutar balikan fakta atau berdusta, informasi yang dimuat hendaklah bersifat faktual dan jauh dari perkataan dusta.
Ketika kita memperoleh informasi hendaknya kita ketahui terlebih dahulu apakah informasi tersebut apakah sudah jelas kebenarannya, kalaupun telah diketahui kebenarannya sebaiknya dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah konten yang kita muat dalam media sosial tersebut dapat memberikan manfaat atau justru mendatangkan keburukan sehingga merugikan orang lain.
Seperti menyebarkan aib orang lain, hal tersebut akan sangat merugikan orang banyak dan memungkinkan munculnya kegaduhan.
Jadi marilah hindari konten yang bersifat merendahkan atau mengolok-olok orang lain, mencaci maki atau melakukan tindakan penghinaan yang menimbulkan kebencian serta menghindari hal-hal negatif seperti konten vulgar atau prank.
Ini semua sangat berisiko akan menimbulkan kegaduhan, mengingat bebasnya konten yang dapat diakses masyarakat, diperlukan himbauan untuk para media influencer untuk mengedepankan faktor beretika dalam bermedia sosial.
Hadits yang diriwatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”.
Gunakanlah media sosial sebagai sarana komunikasi dan silaturahmi karena kegiatan interaksi sekarang ini cenderung lebih aktif dilakukan di media sosial ketimbang berinteraksi secara langsung, karena kelebihan dari media sosial adalah dapat dilakukan dimana saja tanpa ada batasan yang menghalangi.
Media sosial memudahkan kita untuk berkomunikasi dan menjalin silaturahmi dimana saja, namun ironis sekali melihat kenyataanya media sosial saat ini sering dipergunakan oknum masyarakat sebagai sarana adu domba antar suatu kelompok demi kepentingan pribadi.
BACA JUGA: Berdoa di Medsos, Bolehkah?
Kesimpulannya media sosial hadir untuk mempermudah makhluk hidup dalam melakukan kegiatan sosial, tetapi hendaknya kita bijak dalam menggunakan media sosial dengan mengedepankan etika, logika dan perasaan.
Pemahaman setiap orang dalam bersosial media berbeda, hal ini disebabkan karena setiap orang memiliki karakter, wawasan dan pola pikir masing-masing, untuk itu harus berhati-hati ketika men-share informasi ke media sosial. []