Damaskus – Seorang mantan brigadir militer Suriah, yang juga bertanggung jawab atas pengelolaan perang kimia di divisi kelima, mengungkapkan bahwa Rezim Assad masih memiliki sekitar lebih dari 700 ton bahan kimia.
Ia menambahkan bahwa Assad menipu masyarakat internasional terkait kepemilikan senjata kimia.
“Serangan AS ke pangkalan udara tidak menyebabkan kerusakan apapun dari perangkat senjata kimia, mereka disimpan di luar bandara, dan diangkut ke bandara ketika akan melakukan serangan,” kata Zahir Saket kepada surat kabar The Telegraph, Sabtu (15/04/2017) lalu seperti dikutip dari Kiblat
Saket menjelaskan bahwa Assad berhasil menipu PBB, yang dikirim untuk menghancurkan senjata kimia di Suriah di bawah perjanjian yang dinegosiasikan antara Amerika Serikat dan Rusia pada tahun 2013, pasca serangan di Ghautah.
“Pemindahan bahan kimia ke daerah pegunungan yang tertutup dengan alat-alat berat, di luar Homs, dan kota pesisir Jableh, dekat Tartous,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Rezim Assad memiliki 1.300 ton senjata kimia, meskipun sebenarnya jumlahnya dua kali lipat, yaitu setidaknya 2.000 ton.
“Rezim mencampur gas yang berbeda; seperti sarin dan gas air mata, agar mereka yang akan menelitinya kesulitan untuk mengungkap jenis senjata kimia yang digunakan,”ujarnya.
Ia juga mengakui bahwa sebelum dia keluar dari militer, dirinya telah menerima perintah dari komandannya, Jenderal Ali Hassan Ammar, untuk melakukan tiga serangan kimia terhadap sejumlah kota di provinsi Daraa, Suriah selatan.
Pertama adalah pada bulan Oktober 2012 di Sheikh Miskin, pada Desember 2012 di dekat Al-Hirak, dan pada Januari 2013 di Busra al-Harir.[]