MANTAN perdana menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin secara mengejutkan ditangkap oleh Badan anti-korupsi Malaysia. Ditangkap pada Kamis sore waktu setempat, Muhyiddin dituding melakukan penyalahgunaan kekuasaan dan juga pencucian uang.
Dalam keterangan pers yang dikutip Reuters, Komisi Antikorupsi Malaysia (MACC) menyebut kasus ini berkaitan dengan proyek pemulihan ekonomi yang diluncurkan oleh pemerintahnya. Diketahui, Muhyiddin banyak membuat proyek pemulihan ketika Malaysia dihantam pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Kisah Mualaf Julien Drolon, Mantan Musisi asal Prancis yang Kini Berdakwah di Malaysia
“Muhyiddin akan didakwa berdasarkan undang-undang terkait penyalahgunaan kekuasaan dan pencucian uang di pengadilan Kuala Lumpur pada Jumat atas proyek pemulihan ekonomi yang diluncurkan oleh pemerintahnya,” kata MACC, dikutip Jumat (10/3/2023).
Penangkapannya dilakukan menjelang pemilihan daerah yang akan diadakan di enam negara bagian pada pertengahan tahun. Di mana koalisi Muhyiddin menjadi tantangan kuat bagi aliansi PM saat ini, Anwar Ibrahim.
Muhyiddin sebelumnya membantah tuduhan melakukan kesalahan dalam proyek pemerintah. Ia menggambarkannya sebagai balas dendam politik.
Pandangan ini juga disuarakan oleh salah satu penyokong Muhyiddin, Wan Saiful Wan Jan. Ia mengatakan pemerintah Anwar bertujuan untuk melumpuhkan oposisi dengan tindakan keras tersebut.
“Anwar bukan reformis. Dia hanyalah oportunis tua yang pendendam,” kata Wan Saiful dalam postingan Facebook.
BACA JUGA: Anwar Ibrahim Resmi Dilantik Jadi PM ke-10 Malaysia!
Muhyiddin adalah pemimpin Malaysia kedua yang didakwa melakukan kejahatan setelah kehilangan kekuasaan. Sebelumnya, ia menjadi PM selama 17 bulan antara 2020 dan 2021,
Pada tahun 2018, PM sebelumnya, Najib Razak menghadapi berbagai tuduhan korupsi atas skandal korupsi bernilai miliaran dolar di dana negara 1MDB dan sejak itu dipenjara.
Sejak penangkapan Najib, politik Malaysia berubah-ubah yang diperparah oleh kekalahan partainya, UMNO dalam pemilihan pada 2018. Padahal, UMNO telah memerintah Malaysia selama lebih dari 60 tahun sejak kemerdekaan. []
SUMBER: CNBC