SETIAP manusia bisa bahagia. Karena itu, ‘’Bahagia’’ merupakan salah satu istilah yang amat lekat pada jiwa manusia. Pagi, siang, sore, dan malam hari manusia dari berbagai tingkatan dan latar belakang memburu sesuatu guna tercapainya kebahagiaan.
Sebagai muslim, kita tidak boleh salah kaprah dalam memahami arti kebahagiaan. Bagi kita, kebahagiaan baru bisa tercapai manakala dapat mengamalkan nilai-nilai Ilahiyah atau ajaran islam dan kita amat sedih serta menderita bila tidak melaksanakannya.
BACA JUGA: Harta dan Dunia Tak Menjamin Engkau Bahagia
Rasulullah ﷺ menyebutkan ada empat kunci yang akan membuka pintu kebahagiaan dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Hal ini merupakan di antara dari sekian banyak kunci yang dapat mengantarkan seseorang pada kebahagiaan. Rasulullah ﷺ mengemukakan hal itu dalam suatu hadits yang berbunyi:
أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ اْلمَرْءِ أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَأَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا وَخُلَطَائُهُ صًالِحِيْنَ وَأَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِى بَلَدِهِ
Rasulullah SAW bersabda, ”Empat macam dari kebahagiaan manusia, yaitu istri yang salehah, anak yang berbakti, teman-temannya adalah orang-orang yang baik, dan mata pencahariannya berada dalam negaranya sendiri.” (HR Dailami).
Dari hadist di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa manusia bisa bahagia dalam hidupnya, Ada empat hal yang harus dimiliki dan diamalkannya dari sekian banyak hal yang harus menjadi bagian dari kehidupannya sebagai seorang muslim:
1 Manusia bisa bahagia: Memiliki pasangan hidup atau istri yang shalihah
Manusia bisa bahagia manakala ia memiliki seorang perempuan yang shalihah sebagai istrinya, begitu pula dengan perempuan yang memiliki seorang lelaki saleh sebagai suaminya. Karena itu, dalam islam seorang muslim yang ingin menikah, ia harus menikah dengan perempuan yang shalihah.
Itu sebabnya, janganlah menikah dengan perempuan yang hanya karena kecantikan wajahnya, kepandaian, dan kepintarannya atau karena status sosialnya yang tinggi.
Kriteria kesalehan ini menjadi amat penting karena perempuan yang salihah akan mampu bertindak sebagai pengasuh yang terampil dan pemelihara yang teladan bagi generasi penerusnya.
BACA JUGA: Puasa, Puncak Kebahagiaan Tertinggi Manusia
Ia juga dapat mengatur rumah tangga dengan baik karena kemampuan ini telah menjadi miliknya. Seorang perempuan shalihah telah tertanam dalam dirinya aqidah yang murni, akhlak yang luhur, dan kemampuan berpikir kearah masa depan yang lebih baik.
Allah SWT berfirman:
اَلرِّجَا لُ قَوَّا مُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَاۤ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَا لِهِمْ ۗ فَا لصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ وَا لّٰتِيْ تَخَا فُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَا جِعِ وَا ضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِ نْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 34)
2 Manusia bisa bahagia: Memiliki anak yang berbakti
Setiap orang yang berumah tangga pasti menginginkan mempunyai anak. Namun, bagi suami istri yang saleh, anak bukanlah sekedar dambaan, tetapi anak itu selanjutnya harus dibentuk menjadi anak yang saleh.
Karena itu, seseorang pasti sangat berbahagia apabila anak yang dimilikinya menjadi anak yang saleh.
Untuk itu setiap orangtua tentu harus berusaha semaksimal mungkin dalam mendidik anak-anaknya di samping berdoa kepada Allah, sebab berdoa saja memang tidak cukup.
Namun perlu diingat bahwa anak yang saleh itu bukan sekadar anak yang hanya bisa berdoa untuk ampunan orangtua nya, tetapi lebih dari itu. Anak yang saleh adalah anak yang berupaya secara maksimal guna meaksanakan nilai-nilai islam dalam berbagai aspek kehidupannya.
Kalau orangtua memahami ajaran islam dengan baik, ketika anak-anaknya konsekuensi dalam menjalankan ajaran islam tentu ia menjadi amat bahagia karena membentuk anak menjadi anak yang saleh bukanlah persoalan yang mudah.
3 Manusia bisa bahagia: Bergaul dengan orang yang saleh
Hal ini karena jiwa manusia sering kali mudah dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya. Orang yang sehari-harinya bergaul dengan orang saleh sangat mungkin terpengaruh kesalehannya lalu ia menjadi saleh, begitu pula sebaliknya, orang yang sering bergaul dengan orang yang tidak baik, sedikit banyak sifat-sifat tidak baiknya akan tertular.
Tidak sedikit kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang pada mulanya baik menjadi tidak baik dan sebaliknya orang yang semula tidak baik tetapi karena bermaksud memperbaiki diri ia banyak bergaul dengan orang yang baik lalu ia menjadi baik.
4 Manusia bisa bahagia: Mencari rezeki di negeri sendiri
Dalam islam, kewajiban mencari nafkah lebih ditekankan kepada suami. Meskipun demikian, seorang suami yang juga sebagai ayah tidak boleh mengabaikan kontrol terhadap keluarganya.
Jangan sampai hanya karena sibuk mencari nafkah lalu seorang laki-laki tidak sempat lagi berkomunikasi yang baik kepada istri dan anak-anaknya. Karena itu tempat kita mencari nafkah idealnya yang memungkinkan kita cepat kembali ke rumah setelah bertugas.
Dengan demikian, bila kita ingin mencapai kebahagiaan hidup lahir dan bathin, dunia dan akhirat, di antara resep yang harus kita laksanakan adalah memiliki pasangan hidup yakni istri atau suami yang saleh, memiliki anak yang saleh, bergaul dengan orang-orang yang saleh, dan mencari rezeki yang halal tetapi tidak sampai mengabaikan pentingnya komunikasi dengan anggota keluarga.
Oleh karena itu, jangan sampai salah dalam memahami hakikat kebahagiaan yang sebenarnya bagi seorang muslim, yaitu bahagia kalau mampu melaksanakan ajaran islam dengan sebaik-baiknya. []
Referensi: Kumpulan khutbah/Drs. H. Ahmad Yani/Al-Qalam 2013