TELAH kita ketahui bahwasanya hidup di dunia ini hanyalah sementara. Namun demikian, kehidupan sekarang ini menjadi penentu nasib kita di akhirat nantinya. Jika kita mengikuti apa yang diperintah oleh Allah, maka bahagialah kita di sana. Tapi, jika sebaliknya, tidak mengikuti perintah Allah, maka sengsaralah kita.
Untuk menyelamatkan manusia, Allah telah memberikan petunjuk-Nya. Dalam surah Al-Anfal ayat 24, Allah SWT menyeru kepada orang-orang beriman ke arah apa yang menghidupkan mereka. Nah, yang diseru itu adalah orang-orang yang hidup. Apa maksudnya ya?
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan,” (QS. Al-Anfal: 24).
Di antara manusia yang hidup terdapat dinding pemisah antara diri dan hatinya. Yang mendiding Allah SWT, yang berarti menguasai dan memiliki. Manusia kelihatan hidup dan berguna, tetapi jika didinding oleh Allah, ia sebenarnya mati. Mati jiwa dan hatinya.
Tanda dan bukti jiwa yang hidup, yaitu:
1. Mematuhi perintah dan larangan Allah dengan rasa cinta kepada-Nya dan disungguhkan hatinya.
2. Untuk memperoleh pengampunan dan ridha Allah.
3. Membenarkan seluruh ajaran (risalah) Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
4. Mengupayakan kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia.
5. Keserasian hidup antara manusia dengan segala isi alam semesta.
Melaksanakan perintah dan larangan Allah dapat menyelamatkan hati manusia dari perangkap hawa nafsu dan tawanan dosa dan dapat mneyingkirkan dinding antara manusia dengan hatinya. Itulah jiwa yang hidup. Arti menghidupkan adalah kepatuhan, ketaatan manusia pada perintah Allah, membawa mereka pada ketentraman, kedamaian, kemakmuran dan keserasian hidup. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani