MANUSIA yang mengikuti nafsunya akan mengalami kehancuran. Ia tidak akan melaksanakan kewajibannya karena dirinya membenci taklif (pembebanan) dan suka santai. Bila dalam hatinya ada setetes iman ia tidak akan membiarkan perbuatan itu terjadi. Dan dalam melaksanakan ibadahnya tidak akan menyombongkan diri atau memperlihatkan kedudukan perbuatannya.
Al-Hawa menurut para ulama adalah segala sesuatu yang cenderung pada nafs, setiap nafs tidak meridhoi pemilihnya untuk bermujahadah, cenderung untuk santai dan memenuhi sahwat baik yang bersifat hissiyah seperti makan, minum, jima dan lain sebagainya. Maupun yang bersifat ma’nawi seperti menyukai kedudukan, dilihat orang, dan lain sebagainya.
BACA JUGA: Apakah Nafsu Itu Selalu Buruk?
Manusia yang terjerumus kedalam perbuatan maksiat, dengan demikian perbuatan maksiat yang dilakukan manusia itu karena kebodohan dan hawa nafsu.
Orang yang riya adalah yang mengikuti hawa nafsunya. Orang yang meninggalkan kewajibannya tidak lain adalah karena hawa nafsunya. Tidaklah seseorang merasa berat meninggalkan shalat berjamaah kecuali karena hawa nafsunya.
Tidaklah seseorang meninggalkan puasanya melainkan ia ingin mengistirahatkan jiwanya. Tidaklah ia meninggalkan qiyamulail kecuali karena mengikuti hawa nafsunya yang istirahat dan tidak suka hal-hal yang menyulitkan.
BACA JUGA: Kisah Nafsu yang Degil pada Perintah Allah
Itulah Al-Hawa, bahayanya bagi manusia jika terus diikuti. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk menolak hawa nafsu yang menjerumuskan kita pada kelalaian. Amin []
Sumber: Menjadi Generasi yang Sukses/Karya: Dr. Majdi Al-Hilali/Penerbit: Al-Bayan