ORANG-orang yang beriman sudah sepantasnya menyambut bulan Ramadhan dengan penuh rasa syukur disertai harapan dan kecemasan (raghaban wa rahaban).
Mereka bersyukur karena akan memperoleh anugerah dari Allah SWT, memasuki bulan yang penuh dengan barakah dariNya. Mereka berharap mudah-mudahan senantiasa diberikan ma’unah dan taufiq dari Allah SWT, sehingga mampu berupaya meraih keberkahan Ramadhan melalui amaliah-amaliah yang dituntunkan, sehingga kelak dapat masuk surga.
BACA JUGA: Sehat Selama Ramadhan, Ini 10 Tips-nya
Namun di balik itu terselip perasaan cemas, kiranya tidak lagi berkesempatan memasuki Ramadhan karena ajal keburu menjemput mereka atau berkesempatan memasukinya namun tidak mampu memanfaatkan keberkahannya disebabkan godaan kenikmatan duniawi yang masih menyelimutinya sehingga Ramadhan berlalu tanpa meninggalkan pengaruh yang berarti.
Marhaban Ya Ramadhan, kalimat ini digunakan oleh para ulama untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “marhaban” diartikan sebagai “kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu yang berarti selamat datang.
Marhaban, dalam bahasa arab, terambil dari kata rahb yang berarti “luas” atau “lapang”, sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.
Dari akar kata yang sama dengan “marhaban”, terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti “ruangan luas untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan.”
BACA JUGA: Cara Ibadah Ulama di Bulan Suci Ramadhan
Marhaban ya Ramadhan berarti “Selamat datang Ramadhan” mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya “mengganggu ketenangan” atau suasana nyaman kita.
Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan ramadlan itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT.
Bulan Ramadhan sudah seharusnya disambut dengan penuh rasa bahagia dan suka cita, karena ibarat tamu, Ramadlan akan datang menemui kita dengan membawa sejumlah oleh-oleh yang tak terhingga nilainya.
Itulah sebabnya, mengapa Rasulullah SAW menyebut bulan Ramadhan dengan istilah “syahrun mubarakun” (bulan penuh barakah), karena di dalam bulan ini terdapat sejumlah keistimewaan yang tidak terdapat di luar Ramadhan. []
SUMBER: TUNTUNAN ISLAM