AKU tak tahu siapa dirimu serta bagaimana rupamu.Tetapi satu yang kuyakini, siapa pun yang diamanahkan Allah menjadi penyempurna separuh agamaku melalui pernikahan, sesungguhnya akan menjadi ladang dakwah. Tempat menumbuhkan amal kebaikan.
Dalam upaya membijaksanakan satu sama lain agar berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga merimbunlah pengharapan, “Semoga mewujud rumah tangga sakinah, mawaddah, wa rahmah yang merekahkah kuntum-kuntum kebahagiaan dalam jiwa dan raga atas kehendak Allah Ta’ala.”
Oleh sebab itu, selama belum kuketahui bagaimana sebenarnya wujudmu, kupinta Allah yang melakukan pendampingan cinta. Lewat doa yang tulus, kubujuk Dia agar berkenan menjaga kesucian lahir-batinmu sebelum menjadi pendamping hidupku. Namun, bila akhirnya Allah berkehendak lain semisal dirimu sudah menjanda, tetap kuterima dengan sepenuh rasa syukur. Bukankah tujuan pernikahan itu menyempurnakan separuh agama? Tidak peduli dengan status gadis atau janda. Selama bisa diajak berkarib ajar membijaksanakan kehidupan berlandaskan Al-Qur’an dan hadits, maka itu sudah lebih dari cukup untuk kusebut anugerah terbaik dari-Nya.
Sungguh, aku selalu berdoa. Selama kita belum dipertemukan Allah dalam ikatan pernikahan, selama itu pula dirimu berproses menjaga diri agar terhindar dari hal-hal yang menyebabkan murka Allah. Besar harap, kelak dirimu akan menjadi istri yang shalihah, seperti yang tertuang dalam Qur’an Surah An-Nisa'[4]: 34, “…Maka perempuan-perempuan yang shalihah adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)…”
Percayalah, aku juga akan belajar bagaimana caranya menjadi seorang suami yang baik. Pemimpin keluarga yang bisa mengamalkan Qur’an Surah At-Tahrim [66]: 6, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kupersiapkan lahir-batinku agar sebelum diberi amanah memilikimu. Lebih tekun bergiat kerja, serta mendalami ilmu agama untuk kuajarkan padamu serta kepada buah hati kita nantinya. Aku akan menjagamu dari api neraka dengan segala daya, sebab tujuanku menikah itu sederhana saja. Ingin menjadi suami dan ayah yang baik, serta menjadi hamba Allah yang berguna dalam mendidik dan membesarkan para mujahid. Ialah generasi yang berjuang di jalan Allah.
Demikian saja catatan sederhana ini kutulis untukmu, kelak bacalah dan ingatkan aku apabila lalai mewujudkannya. Mengapa kucatat sedari sekarang, sebab segala sesuatunya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Apalagi menyangkut pernikahan yang kuharap sekali dalam seumur hidup. Bukan menentang diperbolehkannya poligami, tetapi aku hanya kurang yakin bisa bersikap adil kepada istri-istriku bilamana berpoligami.
Telah kukarib ajar satu pengetahuan penting, bilamana seorang lelaki memiliki lebih dari satu istri dan hanya mempedulikan salah satu istri serta mengabaikan yang lain. Semisal bermalam lebih lama di rumah salah satunya tersebut serta meberikan nafkah hanya kepadanya dan menelantarkan yang lain. Tindakan tersebut haram dilakukan, dan pelakunya akan datang pada hari kiamat dalam keadaan miring.
Hal di atas seperti yang tertuang dalam sebuah hadits. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang memiliki dua orang istri lalu ia cenderung kepada salah seorang di antara keduanya, maka ia datang pada hari kiamat dalam keadaan badannya miring,” (HR. Abu Daud no. 2133, Ibnu Majah no. 1969, An Nasai no. 3394. Syaikh Al Albani menyatakan hadits tersebut shahih sebagaimana dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1949).
Dari itu, bila Allah mendatangkan dirimu menjadi istriku. Besar harap, kita dapat bersama untuk selama-lamanya. Kecuali bila Allah berkehedak lain, maka kita juga mesti berserah pada kuasa-Nya. Percayalah, apa pun yang digariskan Allah untuk keluarga kita nantinya sejalan dengan apa yang kita niatkan. Mari meniatkan membangun rumah tangga yang diridhoi-Nya untuk dunia-akhirat melalui pernikahan sekali dalam seumur hidup. []
Arief Siddiq Razaan, 12 Maret 2016