Oleh Umi Widya
Pendidik, Pakar Parenting, tinggal di Bandung
“De, sedang nyuci ya?” kalimat sarkasme ini saya ucapkan ketika adik bungsu saya memandikan bayinya. Dalam bahasa sunda tentu saja.
“Bukan, sedang memandikan bayi,” ujarnya datar tanpa rasa bersalah sedikitpun menjawab pertanyaan saya tentu dalam bahasa sunda juga.
“Mandiin bayi kok kayak nyuci piring, bicara dong, bayi kamu itu anak manusia bukan benda mati,” arogansi khas kakak tertua mulai melanda. Menceramahi adik dengan gaya kolot ala ala kampung gitu. Dia (adik) mesem-mesem aja.
BACA JUGA: Mendidik Tanggung Jawab pada Anak, Ini Caranya
Suatu hari muncul di beranda seorang ibu muda cantik jelita curhat panjang lebar kemana-mana. Intinya sih dia merasa tidak nyaman dengan omongan tegangganya karena bayi cantik dua tahunnya belum bisa bicara. Alih-alih belajar cari ilmu mengapa itu terjadi, malah menghabiskan waktu menggerutu kesana kemari.
Duhai ibu, anak kita itu anak manusia. Bukan anak mammalia atau reptilia. Anak manusia yang sudah diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna. Anak manusia tidak cukup hanya digantikan popoknya, diberikan makan, dijemur dan dimandikan untuk bisa hidup sehat, bahagia, dan sukses dunia dan akhirat.
Anak dua tahun belum bisa bicara itu masalah. Seharusnya dua tahun itu sudah punya kurang lebih 500 kosa kata yang dia mengerti maknanya. Ini penting untuk hidup dia kelak. Bagaimana dia bisa berkomunikasi, mengungkapkan isi pikiran dan perasaannya jika dia tak punya alat untuk itu. Jika anak ini lahir dalam keadaan normal, semua organnya sehat, maka dia tidak bisa bicara diusia itu karena kelalaian orangtuanya.
Menjadi ibu, risikonya kita harus memiliki waktu penuh untuk mencintai anak kita. Menunjukan cinta kepada mereka tak rumit dan tak harus mahal. Itu sangat mudah. Jika ibu mencintai anaknya, maka dia akan melakukan apa pun yang bisa dilakukannya. Ini yang kadang salah kaprah. Semua yang anak ingin ibu berikan. Semua yang anak perintahkan ibu lakukan. Itu bukan cinta. Itu ibu tersandera.
Anak membutuhkan hal hal sederhana dari ibunya. Seperti, bermain bersama. Bayi lahir memang belum bisa apa-apa. Hanya bisa terlentang saja. Tak perlu media mahal apalagi import pula. Cukup bermain bersama dengan wajah anda. Tampilkan muka lucu, senyum, gerak mata, bibir, dahi. Gunakan lengan kanan dan kiri, bermain jari. Semua bisa dilakukan dengan mudah dan murah. Selama anda bermain pastikan verbalkan. Keluarkan 2000 kata perjam. Bukankah wanita harus mengeluarkan 20.000 kosa kata perhari? Ayo keluarkan kata bermutu dari mulutmu agar anakmu bisa bicara dan memahami makna kata.
BACA JUGA: Mendidik Bukan Menelanjangi
Selanjutnya, respon dengan cepat dan seakurat mungkin setiap tanda yang bayi mu berikan. Jika bayi menangis, ibu segera merespon cepat dan akurat, maka bayi akan merasa aman. Apabila bayi merasa aman maka dia akan merasa percaya pada dirinya, kita ortunya dan lingkungannya. Seorang ibu pasti tahu (kalau sadar jadi ibu) perbedaan tangis bayinya. Tangisan haus, lapar, kedinginan, kepanasan, kesakitan atau ngantuk. Respon pengasuhan yang kita berikan hari ini saat dia bayi, akan menentukan bagaimana dia kelak membangun sebuah pernikahan.
Jadi masa depan bayi kita, tergantung bagaimana mereka diasuh dan dibesarkan oleh mu hari ini, ibu. Pastikan saat jadi ibu, kita siap dan sadar akan tanggung jawab yang tak mudah ini. Bersambung….
#IntegrativeEduCenter
Setiap anak itu lucu dan menyenangkan. Menjadi menyebalkan atau tetap menyenangkan tergantung kita. []