“WAH, hebat kamu masih seperti dulu.”
Kita mah suka bangga kalau dibilang begini teh. Hati bahagia, hidung kembang-kempis, dan senyum-senyum sendiri.
Padahal sejatinya ini bukan penghormatan, melainkan penghinaan. Lho, kok penghinaan? Coba aja pikirin, “Hebat masih seperti dulu.” Artinya tidak berubah, tidak ada kemajuan, masih begitu-begitu saja seperti dulu.
BACA JUGA: Ketika Alquran Berubah Wujud
Dibilang gak maju-maju kok bangga? Bukankah hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini? Kalau masih seperti dulu, berarti diam di tempat.
“Hebat masih seperti dulu.” Kalau soal fisik mah boleh, awet muda misalnya. Tapi kalau keyakinan, pengetahuan, keshalihan, tidak boleh seperti dulu. Harus berubah, lebih yakin, lebih mantap, lebih berpengetahuan, dan lebih shalih.
Soal materi, dunia, tidak berubah pun tak terlalu bermasalah. Tapi sebaiknya berubah pula menjadi lebih mandiri, mapan, biar tak tergantung sama orang tua, juga orang lain. Tapi soal keyakinan, keshalihan, dan pengetahuan, tak bisa ditawar lagi, kudu berubah menjadi lebih baik.
BACA JUGA: Memilih Wanita Shalihah, Salah Satu dari Empat Sebab Kebahagiaan
Tadinya kurang yakin, menjadi yakin.
Tadinya sudah shalih, tambah shalih.
Tadinya tidak tahu, menjadi tahu.
Tadinya jarang shalat, jadi rajin shalat.
Tadinya jarang ke masjid, jadi rajin ke masjid.
Kian rajin beramal shalih, kebaikan, kebajikan. Rajin ngaji, shalat jemaah, memakmurkan masjid, dan kebaikan lainnya. []