NABLUS–Petinggi Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Syakir Imarah mengatakan saat ini kondisi Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha sedang dalam bahaya. Israel mulai memberlakukan rencananya membagi Masjid Al-Aqsha secara waktu dan tempat.
“Akan sangat berbahaya bila semua rencana dan upaya tersebut berjalan mulus,” kata Imarah, seperti dilansir PIP, Rabu (19/7/2017).
Imarah menilai keberhasilan penjajah Zionis menerapkan kebijakan dan langkah-langkahnya terhadap kota al-Quds adalah sebuah awal kejatuhan.
“Kejatuhan Al-Aqsha berarti kejatuhan bagi Arab dan kaum muslimin, serta awal sebuah era baru penghinaan dan penindasan,” tegas Imarah.
Menurut Imarah, keputusan penutupan masjid al-Aqsha, larangan adzan, shalat dan khutbah jumat setelah setengah abad merupakan awal pelaksanaan rencana pembagian Masjid Al-Aqsha secara waktu dan tempat antara kaum muslimin dan Yahudi.
“Zionis berniat memanfaatkan kondisi keamanan untuk mewujudkan tujuan-tujuan politik dan strategi jangka panjang. Sebagaimana yang terjadi pasca pembantaian di masjid Ibrahimi di Hebron untuk membagi masjid tersebut, sebagian besar untuk Yahudi dan sebagian kecil untuk umat Muslim,” jelas Imarah.
Selain itu, penjajah Zionis juga memanfaatkan perselisihan Arab dan sikap diam pemerintah-pemerintah atas penutupan Ibrahimi di masa lalu dan pada saat ini atas penutupan masjid Al-Aqsha, setelah melakukan pembunuhan dan menebar kekacauan.
“Tindakan penjajah Zionis di al-Quds dan al-Aqsha berhadapan dengan sikap pihak Arab dan Islam yang tidak peduli dan berpaling dari rakyat Palestina,” ungkap Imarah.
Imarah meminta agar dibangun soliditas internal Palestina agar fokus melawan penjajah Zionis.
“Situasi internal membutuhkan persatuan barisan dan diakhirinya fragmentasi kalangan Palestina, karena apabila masjid al-Aqsha dan al-Quds jatuh, maka jatuhnya Arab dan kaum muslimin,” pungkasnya. []