PRANCIS — Presiden Prancis Emmanuel Macron “dengan tegas mengutuk” serangan keji terhadap sebuah masjid di kota Bayonne di wilayah Negara Basque di Prancis barat daya, Senin (28/10/2019). Pada peristiwa itu dua orang muslim lansia terluka parah. Demikian lapor Agence France Presse (AFP).
“Republik tidak akan mentolerir kebencian,” kata Macron dalam sebuah tweet pada Senin (28/10/2019) lalu.
BACA JUGA: Lagi, Masjid di Inggris jadi Target Serangan Islamofobia
Dia pun menjanjikan tindakan tegas untuk menghukum para pelaku penyerangan masjid tersebut.
“Semuanya akan dilakukan untuk menghukum para pelaku dan melindungi rekan-rekan Muslim kami. Saya berkomitmen untuk itu,” tulis Macron.
Penyerang masjid diketahui menembak dan melukai dua pria berusia tujuh puluhan saat keduanya tengah bersiap untuk mengerjakan shalat di sore hari.
“Pelaku mendekati gedung dengan mobil dan melemparkan alat pembakar ke pintu samping masjid,” kata walikota Bayonne Jean-Rene Etchegaray, “Kedua orang itu keluar, dia menembak mereka, memukul satu di leher dan yang lainnya di dada dan lengan. Dia kemudian melarikan diri. ”
Polisi mengatakan, para korban, berusia 74 dan 78 tahun, dilarikan ke rumah sakit terdekat dengan cedera serius.
Selain Macron, Menteri Dalam Negeri Prancis, Christophe Castaner, pada gilirannya, menawarkan “solidaritas dan dukungan kepada komunitas Muslim”.
BACA JUGA: Pria Misterius Serang 4 Masjid di Inggris
Selama beberapa tahun terakhir, penyerang kerap menargetkan situs Muslim.
Pada 2007, penyerang mengolesi 148 batu nisan Muslim di pemakaman militer nasional dekat Arras dengan cercaan anti-Islam.
Sebelumnya pada bulan Maret, pekerja yang membangun masjid di kota Bergerac menemukan kepala babi dan darah binatang. Serangan itu terjadi dua minggu setelah seorang pria bersenjata menewaskan 50 Muslim di Christchurch dalam penembakan di dua masjid.
Pemimpin CFCM Abdallah Zekri mengatakan ada “banyak keprihatinan” di antara Muslim Prancis. Dia menambahkan bahwa serangan seperti yang terjadi pada hari Senin “tidak mengejutkan mengingat iklim stigmatisasi Islam dan Muslim.” []
SUMBER: AFP