MASJIDIL Haram merupakan masjid di kota Mekkah, yang dipandang sebagai tempat tersuci bagi umat Islam. Masjid ini juga merupakan tujuan utama dalam ibadah haji. Masjid ini dibangun mengelilingi Ka’bah, yang menjadi arah kiblat bagi umat Islam dalam mengerjakan ibadah Salat. Masjid ini juga merupakan Masjid terbesar di dunia.
Imam Besar masjid ini adalah Syaikh Abdurrahman As-Sudais, seorang imam yang dikenal dalam membaca Al Qur’an dengan artikulasi yang jelas dan suara yang merdu dan Saykh Shuraim. Muadzin besar dan paling senior di Masjid Al-Haram adalah Ali Mulla yang suara adzanya sangat terkenal di dunia islam termasuk pada media international.
BACA JUGA: Ini Aturan Bimas Islam tentang Penggunaan Pengeras Suara Masjid
Menurut keyakinan umat Islam, Ka’bah atau nama lainnya Bakkah pertama sekali dibangun oleh Nabi Adam. Dan kemudian dilanjutkan pada masa Nabi Ibrahim bersama dengan anaknya, Nabi Ismail yang meninggikan dasar – dasar Ka’bah, dan sekaligus membangun masjid di sekitar Ka’bah tersebut. Ka’bah kurang lebih terletak di tengah masjidil Haram: tingginya mencapai lima belas hasta; bentuknya kubus batu besar.
Selanjutnya perluasan Masjidil Haram dimulai pada tahun 638 sewaktu khalifah Umar bin Khattab, dengan membeli rumah-rumah di sekeliling Ka’bah dan diruntuhkan untuk tujuan perluasan, dan kemudian dilanjutkan lagi pada masa khalifah Usman bin Affan sekitar tahun 647 M.
Menurut hadits shahih, satu kali salat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. Satu kali salat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Adapun satu kali salat di Masjidil Aqsha sama dengan 250 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjid Nabawi..
Seluruh umat islam diperintah untuk memalingkan wajahnya atau hatinya kearah masjidil haram dimanapun berada, hal ini di perkuat dengan surah al-baqarah ayat 149 dan 150. Perintah ini hampir sama derajatnya dengan perintah Allah yang lain seperti hal melakukan sholat, zakat, puasa, haji sebagai wujud hati yang terikat dan ingat kepada Allah dalam segala hal duniawi ini.
Tidak aneh bila kita lihat bahwa di dunia ini ada dua pasar yang tidak ada matinya, yaitu pasar di sekitar Masjidil Haram di Makkah dan pasar di sekitar Masjid Nabawi di Madinah. Dua-duanya hidup 24 jam. Mengapa demikian? Sebab masjidnya hidup juga 24 jam. Masjidil Haram dan Masjid Nabawi adalah dua masjid yang tidak ada matinya. Hidup terus! Karenanya, seluruh rangkaian mata rantai ekonomi terbangun dan hidup pula; bisnis maskapai penerbangan, bisnis katering, bisnis hotel, bisnis pakaian, bisnis ini dan itu. Bahkan berkahnya dirasakan juga oleh bangsa lain di negara yang lain. Indonesia misalnya. Jaringan hotel yang menjadi penginapan transit jamaah, pesawat Garuda dan seluruh keluarga besar karyawannya, katering lokal, transportasi bus yang mengangkut jamaah dan pengiringnya ke bandara, produsen bahan pakaian dan aksesori umrah dan haji, produsen bensin, dan sebagainya.
Subhanallah, Maha Suci Allah yang bila sudah menggariskan sesuatu, maka itu adalah penuh dengan kemaslahatan.
Apalah lagi kalau si manusianya, kita maksudnya, mau menjadikan segala sesuatu yang kita kerjakan sebagai jalan-jalan ibadah kepada-Nya. Maka Allah betul-betul akan “membayar” kita dengan ridha dan keberkahan dari-Nya. []
Sumber: The Miracle of Giving/Karya: Ust. Yusuf Mansur/Penerbit: PT. Bestari Buana Murni