BARANG istimewa yang selalu menjadi oleh-oleh khas dan istimewa dari Arab sangat beragam. Dan untuk kali ini, kulit dijadikan hadiah istimewa bagi Najasyi. Oleh sebab itu, ‘Amr dan beberapa orang Quraisy mengumpulkan kulit sebanyak-banyaknya, kemudian mereka pun pergi ke sana.
Ketika berada di tempat Najasyi, tiba-tiba ‘Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri datang ke sana yang sengaja dikirim oleh Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam untuk menanyakan tentang Ja’far dan sahabat-sahabatnya.
BACA JUGA: Amr bin Ash; Sahabat Rasul Penggagas Social Distancing
‘Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri masuk ke tempat Najasyi, tak lama kemudian diapun keluar.
‘Amr bin Ash berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Inilah Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri, jika kita dapat membawa kepalanya dan hal itu berhasil aku lakukan, orang-orang Quraisy akan tahu bahwa aku telah mewakilinya membunuh utusan Muhammad.”
‘Amr bin Ash pun segera masuk ke ruangan Najasyi dan sujud kepadanya sebagaimana biasa aku lakukan.
Najasyi berkata, “Selamat datang sahabatku. Hadiah apa yang engkau bawa dari negerimu?”
‘Amr menjawab, “Ya, wahai raja aku hadiahkan untukmu kulit yang sangat banyak.”
Kemudian ‘Amr mendekatkan kulit tersebut kepadanya, dan Najasy pun mengaguminya dan terlihat senang dengannya.
‘Amr kemudian berkata, “Wahai raja, sungguh baru saja kulihat seseorang keluar dari tempatmu yang tak lain adalah utusan musuh kami. Serahkanlah dia padaku untuk kami bunuh, karena ia telah membunuh tokoh-tokoh dan orang-orang pilihan di antara kami.”
Mendengar hal itu, Najasyi marah besar. Ia mengangkat tangan dan memukul hidung ‘Amr, ia mengira pukulan tersebut membuat hidungnya pecah. Apabila bumi terbelah untuknya saat itu, ia pasti masuk ke dalamnya karena takut akan kemarahan Najasy.
‘Amr berkata, “Wahai raja, demi Allah! Jika aku tahu bahwa baginda raja tidak menyukai permintaanku, pastilah aku tidak akan mengajukannya kepadamu.”
Najasyi bertanya, “Pantaskah engkau meminta padaku untuk memberikan padamu utusan orang yang didatangi Malaikat Jibril yang pernah datang kepada Nabi Musa, untuk kemudian engkau bunuh utusan itu?”
‘Amr berkata, “Wahai raja, betulkah yang engkau katakan itu?”
Najasyi berkata, “Celakalah engkau wahai ‘Amr, taatilah aku dan ikutilah Muhammad. Demi Allah, ia berada di atas kebenaran dan Allah pasti memenangkannya atas siapa saja yang menentangnya, sebagaimana Allah memberikan kemenangan kepada Musa atas Fir’aun dan bala tentaranya.”
‘Amr kemudian bertanya, “Maukah engkau membaiatku masuk Islam mewakilinya?”
Najasyi menjawab, “Ya.”
Kemudian Najasyi mengulurkan tangannya, lalu ‘Amr berbaiat kepadanya untuk masuk Islam.
Setelah itu, ‘Amr menemui teman-temannya dengan pendapat yang berbeda dari sebelumnya. Ia pun merahasiakan keislamannya.
Kemudian ‘Amr bin Ash sengaja pergi ke tempat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam untuk memeluk Islam. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Khalid bin Walid. Peristiwa ini terjadi menjelang penaklukan Makkah dan saat itu Khalid bin Walid datang dari Makkah.
‘Amr berkata, “Wahai Abu Sulaiman, hendak pergi ke mana engkau?”
Khalid bin Walid menjawab, “Demi Allah, sungguh kini segala sesuatu telah menjadi jelas bahwa lelaki ini (Muhammad) benar-benar seorang nabi. Aku akan pergi menemuinya untuk masuk Islam. Lalu engkau sendiri sampai kapan akan terus memusuhinya?”
BACA JUGA: Menyikapi Corona; Sahabat Nabi Pun Ada yang Meninggal Karena Wabah Penyakit
‘Amr menjawab, “Demi Allah, tidaklah aku datang ke tempat ini kecuali untuk masuk Islam.”
Setibanya Mereka berdua di Madinah, di tempat kediaman Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam. Khalid bin Walid maju ke depan kemudian masuk Islam dan berbaiat.
Kemudian ‘Amr bin Ash mendekat kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan berkata kepada beliau, ” Wahai Rasulullah, aku akan berbaiat kepadamu dengan syarat dosa-dosa masa laluku diampuni.”
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai ‘Amr, berbaiatlah, karena Islam dan hijrah itu menghapuskan dosa-dosa masa lalu.” []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media