SEORANG wanita muslim ahli nanoteknologi menemukan alat baru yang dapat mendengarkan komunikasi di antara bakteri. Hasil temuan ini dapat membantu mengekang resistensi antibiotik, dan secara akurat mendiagnosis sekelompok penyakit dalam hitungan detik.
Penemunya adalah Dr. Fatima Al-Zahraa Al-Atraktchi. Dia merupakan seorang lmuwan berhijab yang mampu menciptakan alat dengan mengembangkan sensor yang dapat mendeteksi infeksi bakteri yang bermasalah bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu.
BACA JUGA: Tiga Penyakit Akibat Bakteri dari Sampah
“Teknologi baru yang digunakan dalam pengujian saya dapat mengambil bakteri dan membuat diagnosis dalam waktu 30 detik. Saya berharap ini akan memungkinkan dokter untuk meresepkan obat tertentu secara langsung, mengurangi penggunaan perawatan intensif atau menebak,” jelas Fatima seperti dikutip dari Daily Mail.
Penemuan Fatima ini masih dalam pengembangan. Nantinya penemuan ini dapat digunakan untuk mendiagnosis semuanya mulai dari infeksi saluran kemih hingga infeksi paru-paru pada pasien fibrosis kistik. Tes terobosan ini bekerja dengan menerjemahkan percakapan yang dimiliki bakteri sebelum mereka berkoloni dan menyerang.
Para peneliti menyoroti bahwa pengujian standar saat ini dapat memakan waktu hingga berhari-hari untuk menghasilkan hasil dan mengarah pada diagnosis. Hal ini mendorong dokter untuk meresepkan antibiotik sebelumnya, memicu resistensi obat yang dicap sebagai salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan global.
BACA JUGA: Wudhu, Membersihkan Tubuh Kita
“Metode standar lama ini sangat memboroskan sumber daya. Hipotesis saya adalah jika kita mengetahui bakteri yang tepat, kita dapat menargetkan pengobatan dan mengurangi jumlah antibiotik yang digunakan per pasien. Faktanya, Bakteri berkomunikasi dengan mengeluarkan molekul. Ketika ada akumulasi besar molekul-molekul ini, itu menandakan kepada bakteri bahwa mereka tidak sendirian,” jelas Fatima.
Berkat terobosan ilmiahnya, ibu dari dua anak ini menerima salah satu penghargaan bakat penelitian Yayasan Lundbeck untuk para ilmuwan di bawah 30 tahun. Fatima sendiri merupakan wanita muslim yang lahir di Kuwait dari orangtua Lebanon dan Irak. Ia meraih gelar Ph.D dan sertifikasi dalam fisika serta nanoteknologi di Technical University of Denmark pada Januari 2018. []
SUMBER: DAILY MAIL