Ajengan Toto Ubaidillah Haz yang juga sebagai Ketua MWCNU mengutip sebuah keterangan yang menyatakan bahwa di liang kubur jasad seorang hafidh (penghafal) Al-Qur’an akan tetap utuh.
Menanggapi hal ini, pria yang akrab disapa Kang Toto itu menceritakan kisah pertemuannya dengan Bu Supaedah. Ia adalah putri dari seorang hafidh Al-Qur’an yang kebetulan saat ini bekerja sebagai bidan di sebuah klinik. Kang Toto mengatakan dalam pertemuan itu keduanya berdialog cukup serius.
Berikut percakapannya yang dikutip dari nu.or.id:
“Pak Ustadz, kira-kira kemana kalau mau mesantrenin anak ya?” tanya bidan Supaedah.
Lalu kang Toto menjawabnya dengan sebuah pertanyaan, “Memangnya ibu maunya di pesantren daerah mana?”
Bidan Supaedah menjawab bahwa ia berasal dari daerah Cirebon dan ingin agar anak-anaknya bisa masuk pesantren yang ada di daerah Cirebon supaya dekat dengan keluarganya di sana. Bidan Supaedahjuga menegaskan bahwa ia ingin anaknya pesantren di pesantren tahfidh Al-Qur’an.
“Kalau pesantren Al-Qur’an ada di Kaliwadas Cirebon, Pesantrennya Uwa saya almarhum KH Nashir, nama pesantrennya An-Nashr. Ada juga di Ambit, Kecamatan Waled pesantrenya KH Abdul Basith, pesantren itu dikelola anak-anak dari Pesantren Rawamerta, Karawang,” jawab Kang Toto yang saat ini menjabat Ketua Lembaga Dakwah NU Subang.
Kang Toto sempat termenung, karena biasanya di jaman sekarang para orang tua biasanya ingin anaknya mengikuti dan melanjutkan jejak orang tuanya, tapi bu bidan justru malah menginginkan anaknya masuk ke pesantren Al-Qur’an.
“Kenapa ibu mau masukin anak ke pesantren? Enggak dimasukin ke kedokteran atau yang sesuai dengan profesi ibu?” tanya kang Toto.
Bidan Supaedah menjawabnya dengan sebuah kisah nyata yang dialami keluarganya. Suatu hari, dengan alasan tertentu makam ayah dari Bidan Supaedah yang telah wafat 32 tahun yang lalu hendak dipindahkan, proses pemindahannya disaksikan oleh seluruh keluarga. Saat makam dibongkar, semua orang yang menyaksikan sangat terkejut melihat keadaan jasad penghuni makam itu masih utuh sempurna dan tidak hancur.
“Anak-anak saya bertanya, Mah, kenapa jasad kakek tidak hancur? Kok masih utuh? Kan kakek sudah meninggal puluhan tahun yang lalu?” ungkap Bu bidan menirukan pertanyaan anak-anaknya.
Dengan bercucuran air mata, Supaedah lalu menjawabnya dengan sejarah tentang siapa sosok sang kakek yang belum diketahui oleh cucu-cucunya itu.
“Jasad kakek kalian tidak hancur dan masih utuh karena kakek kalian semasa hidupnya adalah seorang hafidh Al-Qur’an, kakek kalian kiai pengamal Al-Qur’an, Nak…”
Sejak kejadian itu, anak-anak dari Bidan Supaedah ingin menjadi seorang penghafal Al-Qur’an dan mereka meminta dimasukan ke pesantren supaya bisa seperti kakeknya di kemudian hari. “Menurut informasi, sekarang anak-anaknya bu bidan itu sudah masuk pesantren Al-Qur’an,” pungkas Kang Toto. []