JAKARTA–Kasus penembakan yang terjadi di Sampang, Madura, Jawa Timur sempat dikaitkaitkan dengan perbedaan pilhan pada Pemilu 2019. Namun demikian, polisi maupun istri korban telah mengklarifikasi bahwa penembakan Subaidi terhadap Idris bukan lantaran hal tersebut, melainkan ketersinggungan akibat unggahan status di media sosial.
Menurut istri, korban awalnya tersinggung dengan unggahan pelaku yang dianggap menghina ulama pengasuh pondok pesantren yang dihormatinya. Setelah itu, terjadilah perbedaan yang berujung pada kekerasan mengakibatkan kematian.
“Sama sekali tidak (soal capres). Yang dihujat itu guru dan sampai ulama besar pun pelaku sering menghujat,” kata Nurfaizah, istri korban kepada tvOne, Selasa pagi, (27/11/2018).
Baca Juga: Cekcok Dukungan Capres yang Berakhir Maut
Menanggapi fenomena terkotak-kotaknya masyarakat karena pilihan pada Pemiliu, Sosiolog dari UIN Syarif Hidayatullah, Tantan Hermansyah mengatakan hal itu lumrah.
Tantan menilai, hal yang biasa jika tokoh di daerah tertentu dan di level nasional dikaitkan dengan calon tertentu lantaran ketokohan. Hal itu memang sering dimanfaatkan para calon yang sedang berkontestasi.
Oleh karena Tantan meminta agar tokoh yang bersaing dan timnya duduk bersama dan menularkan relasi cair yang sebenarnya kerap ditunjukkan kontestan dan elite di media massa.
Baca Juga: Begini Kronologi Kasus Penembakan Gara-gara Cekcok soal Pilihan Capres
“Itu pentingnya kita segera duduk bersama dan semua elemen. Jangan sampai korban jadi angka statistik itu,” kata Tantan.
“Beda pilihan itu bukan surga neraka, ini beda pilihan politik saja. Lima tahun saja. Tetangga kita rapuh pertemanan kita meluruh, udah enggak aja, mau dipelihara juga? kerentanan sosial ini dalam jangka panjang masih akan mendistraksi,” ujarnya. []
SUMBER: VIVANEWS