Oleh: Feby Arma Putra
Guru SMPIT Insan Cita Serang (ICS) Banten
KETIKA mengendarai sepeda motor dalam perjalanan pulang dari Kota Cilegon menuju Kota Serang Provinsi Banten, tiba-tiba mata saya menjadi sangat perih karena kemasukan sesuatu benda. Orang-orang menyebut ini dengan kelilipan.
Karena lupa menutup kaca helm maka benda kecil, paling lebih kecil dari sebutir pasir, bisa masuk ke mata saya. Perihnya bukan main, butuh waktu 15 menitan untuk menyembuhkannya. Dikucek sudah, ditiup sudah, pakai air juga sudah. Tapi walau agak lama, alhamdulillah mata saya bisa pulih dan bisa melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Serang kembali.
Biasanya kalau kelilipan sih cuma beberapa menit sudah bisa pulih, tetapi ini relatif lama dan sangat perih. Allahuma anta syafiq… aamiin
Ketika mata berangsur-angsur pulih, saya berfikir alangkah sempitnya dunia ini. Dunia yang seluas ini, jalan yang selebar ini, kok bisa-bisanya mata saya yang kena. Qadarullah-nya begitu.
Dalam hati saya berkata bahwa dengan kejadian ini seolah Allah Subahanallahu Wata’ala mengingatkan kita untuk lebih banyak bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya.
Nikmat mata. Nikmat yang sedikit banyak mungkin kurang disyukurin oleh saya dan kita semua. Begitu banyak nikmat yang telah kita dapatkan; nikmat mata, telinga, merasakan, nikmat berbicara dan lain-lain.
Baru sebentar Allah Subahanallahu Wata‘ala cabut nikmat mata dengan sebutir pasir saja, kita sudah tidak bisa melihat dan melanjutkan pekerjaan kita.
“Fabi ayyi ‘ala irrabbikuma tukadzdziban” (Maka nikmat manakahh lagi yang engkau dustakan)-(Surah Arrahman).
Allah Subhanallahu Wata’ala juga banyak sekali meminta kita untuk menggunakan pikiran kita.
Ada kalimat “ya tafakkarun“, “ya ulil albab” dan lain-lain agar kita memanfaatkan semua potensi untuk senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Ketahuilah bahwa jika kita bersyukur maka nikmat-nikmat lainnya akan ditambah oleh Allah Subhanallahu Wata’ala, tetapi jika kita tidak bersyukur (kufur nikmat) maka inna adzabi lasyadid (Sesungguhnya adzab-Ku sangatlah pedih). []