KEDATANGAN tahun baru membuat sebagian orang menghidupkan kembali harapan-harapan baru. Ya, semua orang pastinya emmang menginginkan kemajuan atau peningkatan kualitas hidup. Tak heran,momen tahun baru kerap dijadikan sebagai momen tepat untuk membuat resolusi.
Lantas, bagaimana seorang muslim menyikapi hal itu? Bolehkah seorang muslim membuat resolusi serupa itu, sementara ulama melarang muslim turut serta dalam perayaan tahun baru yang identik dengan hura-hura?
Dikutip dari About Islam, Anne Myers, seorang sarjana Islam, menjelaskan, dengan datangnya tahun baru, ada praktik umum untuk merenungkan tahun lalu dan bagaimana seseorang dapat meningkatkan kehidupan mereka di tahun mendatang. Orang mungkin membuat “resolusi” tertentu untuk mengubah perilaku mereka atau untuk mencapai tujuan tertentu.
Resolusi yang umum biasanya seputar makan lebih sehat, berhenti merokok, dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang dicintai.
Awal tahun baru (termasuk tahun baru Islam, dimulai dengan bulan Muharram) tidak memiliki perayaan atau tindakan ibadah tertentu yang menyertainya. Namun, tindakan yang patut dipuji setiap saat sepanjang tahun untuk melakukan refleksi diri, merasa bangga dan bersyukur atas perbuatan baik kita dan mengakui di mana kita mungkin gagal dan membutuhkan perbaikan.
Membuat resolusi dapat membantu menunjukkan dengan tepat apa yang ingin kita capai, sehingga memudahkan untuk membuat rencana untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
Ada beberapa hal yang perlu diingat ketika membuat resolusi.
Perlu diingat bahwa Al-Quran diturunkan selama 23 tahun. Jika Allah telah mengungkapkan semuanya sekaligus, itu akan luar biasa bagi orang-orang beriman.
Alkohol tidak langsung dilarang, tetapi secara bertahap, agar lebih mudah bagi mereka yang minum untuk menyapih diri.
Demikian juga dengan resolusi. Tak apa melakukan perubahan secara perlahan, yang terpenting hasilnya bisa menjadi sebuah keistiqamahan. []
SUMBER: ABOUT ISLAM