SESEORANG yang mampu menjaga lisannya, ia tidak akan berkata kecuali perkataan yang baik, ucapan yang haq, adil dan jujur. Jika seseorang senantiasa menjaga lisannya, maka Allah SWT akan senantiasa membimbingnya pada perbuatan-perbuatan yang baik dan mengampuni dosa-dosanya.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian…” (QS Al-ahzab:70)
Tak hanya harus menjaga hati, penjagaan yang paling penting berikutnya adalah lisan. Jika lisan dijaga, maka secara otomatis perbuatan anggota tubuh yang lain akan terjaga.
“Pada pagi hari, seluruh anggota tubuh anak adam semuanya tunduk pada lisan, dan berkata: (Wahai lisan), bertakwalah kamu kepada Allah SWT atas (keselamatan) kami. Karena keadaan kami tergantung engkau. Jika engkau istiqomah, maka kami akan istiqomah. Jika engkau menyimpang, kami (juga) menyimpang.” (HR At Tirmidzi dari Abu Aaid al-khudry, Al-munawy menyatakan bahwa sanadnya shohih dalam faydhul qodiir).
Al-ahnaf bin qois -seorang tabi’i rahimahullah- mengatakan: “Mengucapkan kalimat yang baik lebih baik dari diam, dan diam lebih baik dari ucapan yang sia-sia dan batil. duduk bersama orang sholih lebih baik dari menyendiri. menyendiri lebih baik dari duduk bersama orang yang jahat.“ (disebutkan oleh ibnu abdil baar dalam kitab ‘at-tamhiid’ juz 17 hal 447).
Al-imam Asy-syafi’i berkata: “Jika engkau akan berbicara berfikirlah (terlebih dahulu). Jika nampak bahwa tidak ada bahaya (mudharat), maka berbicaralah. jika padanya ada mudharat atau ragu, tahanlah (tidak berbicara).” (syarh shohih muslim linnawawy (2/19).
Shahabat Nabi Abud Darda ra berkata “Sesungguhnya dijadikan untukmu 2 telinga dan 1 mulut agar engkau lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara.” (Mukhtashar Minhajul Qoshidin karya ibnu qudamah (3/24). []
SUMBER: https://www.atsar.id/2016/03/anjuran-untuk-menjaga-lisan.html