SETIAP orang pasti menginginkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Sayangnya, banyak orang yang hanya memilih jalan keselamatan di dunia saja dan melupakan perkara akhirat. Coba saja, berapa banyak orang yang mati-matian mengumpulkan harta benda tapi melupakan zakat dan sedekah? Padahal, akhirat itu adalah tempat terakhir dan kita akan hidup kekal abadi di dalamya.
Bagi seorang Muslim, sangat penting untuk memikirkan perkara akhirat. Sebab, dengan memikirkan akhirat, berarti kita pun akan memikirkan kedekatan kita dengan Allah SWT Ya, karena memperoleh keselamatan akhirat, itu berarti kita harus memperkuat keimanan kepada-Nya.
BACA JUGA: Satu Hari Akhirat Sama dengan Seribu Tahun di Dunia
Agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat maka kita perlu menghindari lima perkara yang pernah Rasulullah sampaikan dalam sebuah hadits berikut ini:
Umar bin Khattab pernah berkhutbah dalam suatu kesempatan di musim haji. Beliau berkata, “Wahai manusia, ingatlah bahwa Rasulullah SAW terbiasa meminta perlindungan dari lima perkara. (Beliau berdoa), ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan dan kelemahan hati. Aku berlindung kepada-Mu dari usia yang buruk. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah isi hati. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur’,” (Riwayat Ibnu Hibban. Hadis shahih, ‘ala syarthi muslim).
Imam al-Manawi menjelaskan makna hadits di atas dalam “Faidhul Qadir Syarh al-Jami’ ash-Shaghir”:
Kebakhilan
Perkara pertama yang harus membuat kita berlindung adalah kebakhilan. Maksud dari kebakhilan ini adalah ketidaksediaan untuk membagi kelebihan yang dimiliki kepada orang lain, sekalipun orang tersebut sangat membutuhkannya. Orang bakhil ini lebih suka untuk menumpuk dan menimbun harta tersebut untuk dirinya sendiri.
Padahal sebenarnya, kebakhilan tersebut adalah penyakit yang harus dihindari karena membahayakan diri sendiri dan orang lain. Keegoisan untuk memenuhi kebutuhan pribadi tanpa memikirkan orang lain merupakan kebiasaan kapitalisme yang harus dibrantas. Maka dari itu, berlindunglah dari perbuatan yang mengandung unsur kebathilan agar tercipta ketentraman hidup.
Kelemahan Hati
Kedua, kita harus berlindung dari kelemahan hati. Maksudnya adalah berlindung dari sifat pengecut yakni tidak memiliki keberanian untuk melakukan segala sesuatu karena merasa takut. Bentuk paling ekstremnya ada di medan jihad, ketika seseorang melarikan diri dan mencari keamanan bagi dirinya sendiri.
Contoh lainnya dari kepengecutan adalah orang yang membatalkan niatnya untuk berjilbab hanya karena tidak berani untuk menerima komentar dari teman-temannya. Sikap hati yang lemah ini membuat banyak orang terjerumus dalam lembah kenistaan hanya demi mengikuti tren saja.
Allah mengecam kalangan ini dalam firman-Nya, “Dan di antara manusia ada yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir’, padahal sebenarnya mereka tidak beriman. Mereka hendak menipu Allah dan kaum beriman, padahal mereka tidak menipu melainkan dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadarinya. Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah semakin memperparah penyakitnya. Bagi mereka siksa yang pedih disebabkan kebohongan mereka’,” (QS. Al-Baqarah: 8-10).
Usia yang Buruk
Perkara selanjutnya adalah usia yang buruk, maksud dari kata-kata tersebut yakni ketiadaan berkah. Usia yang tidak memiliki keberkahan yaitu usia yang tidak diisi dengan kebajikan dan amal kebaikan. Usia tersebut justru digunakan untuk melakukan perbuatan yang dilarang agama.
Orang-orang yang demikian ini menelantarkan kewajibannya dan tidak memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Pada waktu kecil, waktunya habis untuk bermain bahkan ketika dewasa ia tidak menggunakan usia tersebut dengan baik.
Mereka rela menghabiskan waktu untuk menabung demi bisa berjalan-jalan daripada untuk menunaikan ibadah. Ada pula yang menghabiskan banyak waktunya untuk berfoya-foya atau bermain gadget seharian. Namun mereka tidak betah jika disuruh duduk dan berzikir. Mereka lalai akan usia karena tidak menyadari adanya hari pembalasan di akhirat kelak.
BACA JUGA: Kalau Punya Kucing, Ini Manfaatnya Dunia Akhirat
Fitnah Isi Hati
Selain usia yang buruk, ada lagi fitnah isi hati. Maksud dari khutbah yang disampaikan oleh Umar bin Khattab itu ialah perasaan dan lintasan pikiran yang tidak terpuji. Seperti perasaan dendam, dengki dan akhidah yang menyimpang.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kebaikan seluruh diri kita tergantung kebaikan hati. Oleh karena itu, mohonlah kepada Allah SWT agar senantiasa memperbaiki hati kita. Agar segala sesuatu yang kita lakukan sesuai dengan perintah-Nya dan tidak terjadi penyimpangan.
Siksa Kubur
Perkara terakhir yang harus membuat kita senantiasa berlindung yakni siksa kubur. Umar bin Khattab meminta kepada Allah agar dilindungi dari siksa kubur tersebut. Sebab siksaan ini bermula dari kecerobohan manusia dalam menjalan perintah-Nya ataupun menjauhi larangan-Nya. []