Oleh: Lilik Yani
BAGAIMANA perasaan kalian jika ditawari menjadi bagian dari keluarga Gubernur atau Walikota? Wah pasti hati berbunga-bunga karena bangga dan senang ya. Akan mendapat fasilitas dalam segala urusannya, akan mendapat penghormatan dari banyak orang. Wow, jadi penawaran yang tidak perlu banyak pertimbangan lagi.
Kalau penawaran itu ditingkatkan lagi, kalian ditawari jadi keluarga Presiden. Menjadi bagian keluarga orang pertama di suatu negara. Wow, lebih keren ya? Pastinya fasilitas yang diberikan lebih bagus, lebih lengkap, lebih mewah, dan yang menghormati kita juga lebih banyak. Jadi diterima juga nich? Atau masih pikir-pikir dulu?
Saudaraku, untuk penawaran dengan imbalan yang bersifat materi kasat mata, seperti di atas. Kebanyakan orang tanpa berpikir panjang untuk menberi jawaban. Serentak akan menjawab, setuju dan siap menerima tawaran.
BACA JUGA: Keluarga Pendiri Muhammadiyah Dukung Prabowo-Sandi
Mungkin hanya sebagian kecil saja yang berpifir panjang. Adakah sisi positip negatifnya dari konsekuensi pilihan itu. Dalam arti halal haram sisi syara tidak banyak yang memikirkan. Karena yang dipikirkan orang di zaman yang serba materialistis ini, adalah keuntungan materi. Jangankan ditawarkan dengan baik, yang tidak ditawarkan saja bisa datang menyerobot atau adu kekuatan untuk mendapatkan keuntungan sesaat itu.
Penawaran Menjadi Keluarga Allah
Jika penawaran menjadi keluarga Gubernur atau Presiden disambut tanpa berpikir panjang. Bagaimana kalau Allah yang menawari kalian, akan dijadikan sebagai keluarga Allah. Bagaimana respon dan sikap kalian? Apakah langsung disambut tanpa berpikir panjang, atau diikuti dengan banyak pertimbangan, alias pikir-pikir dulu? Lho, emang kenapa? Kok bisa begitu ya.
Padahal yang menawari Maha Pengatur segala urusan dan Maha Mencukupi segala kebutuhan kita. Tapi mengapa manusia tidak segera merespon langsung setuju? Harusnya lebih menyenangkan ya. Pastinya fasilitas lebih memuaskan, lebih mendapat penghormatan. Seluruh penduduk langit maupun bumi, akan menghormati keluarga Allah.
Sayangnya, tidak semua orang mau menerima tawaran itu. Karena penawaran bagus jika hadiah yang diberikan tidak tampak di mata orang-orang kapitalis, maka baginya tidak menarik.
Pahala berlipat, derajat yang tinggi, surga yang indah, dan semacamnya dianggap sesuatu yang tidak nyata di depan mata. Maka hanya orang-orang pilihan yang berfikir masa depan sesungguhnya (akherat) yang merespon penawaran menarik dari Allah tersebut.
Siapa Keluarga Allah?
Saudaraku, tahukah kalian siapa orang-orang yang berpikir cerdas dan mau memilih menjadi keluarga Allah itu? Mereka adalah orang-orang yang hidupnya selalu bermesraan dengan al-Qur’an. Setiap waktunya mereka selalu interaksi dengan al-Quran. Mulai dari membacanya, mentadaburi maknanya, memahami isinya, kemudian mengamalkan dalam kehidupan setiap harinya.
Dari Anas ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas berkata lagi, kepada Rasulullah saw, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”Baginda Rasulullah saw menjawab, “Yaitu ahli Qur’an (orang yang membaca atau menghafal al-Qur’an dan mengamalkan isinya).”
Ya, merekalah orang-orang istimewa yang dipilih Allah untuk menjadi keluarga Allah. Merekalah yang akan mendapat derajat tinggi di sisi Allah di surga yang penuh keindahan.
Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash ra, Rasulullah saw bersabda, “Di akherat nanti para ahli al-Qur’an diperintahkan, “Bacalah dan naiklah ke surga. Dan bacalah al-Quran dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tarti ketika di dunia. Tempat tinggalmu di surga berdasarkan ayat akhir yang engkau baca.”
Saudaraku, adakah terbersit di hati kalian untuk menerima tawaran Allah menjadi keluarga Allah? Sebagai orang beriman, tentunya tawaran ini sungguh menarik. Kita tidak berfikir tentang hadiah fasilitas di dunia saja. Kita lebih memikirkan fasilitas untuk hidup sesungguhnya di akherat kelak.
Untuk itulah saudaraku, bukankah tawaran itu sangat pantas untuk kita perjuangkan? Walau sekarang masih tertatih-tatih belajar membaca al-Quran, bukan berarti kita tidak bisa diterima menjadi keluarga Allah.
BACA JUGA: Menuntut Ilmu atau Mengurus Keluarga?
Saudara muslimku, kesempatan masih terbuka lebar. Mari kita berjuang bersama-sama, dan kita ajak semua saudara muslim kita yang lain untuk berlomba-lomba menjadi keluarga Allah. Kita akrabkan diri dengan al-Quran. Setiap hari, setiap saat kita jalin kedekatan dengan al-Qur’an.
Kita prioritaskan untuk membaca al-Qur’an setiap hari. Sesibuk apapun tetap ada jadwal yang kita luangkan untuk membaca dan mempelajari al-Quran. Kita pahami makna dan kandungannya. Kemudian kita aplikasikan dalam setiap aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itulah hakekat sebenarnya al-Quran diturunkan Allah. Agar kita jadikan panduan dalam setiap langkah perjalanan hidup kita. Bukan sekedar dibaca, tapi diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan. Hingga kita selamat dunia akherat dan mendapat surga yang indah seperti yang Allah janjikan. Wallahu a’lam bisshawab. []
Surabaya, 8 April 2019
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.