Oleh: Rohmat Saputra
jeparahanif@gmail.com
SAYA masih ingat saat ustadz saya bercerita. Ada kakak beradik naik sepeda. Mereka berboncengan hendak membeli sesuatu di warung yang cukup jauh dari rumahnya. Kakak beradik ini melewati jalan raya. Banyak mobil-mobil besar lewat. Mereka mengambil jalan melewati pinggir-pinggir aspal.
Tiba-tiba keduanya terjatuh. Mungkin karena ban sepeda terpeleset di pinggir-pinggir aspal, jadi kehilangan keseimbangan yang mengakibatkan jatuh.
Saat itu sang adik terjatuh ketengah jalan dan sang kakak terjatuh di pinggir aspal.
Tiba-tiba saja ada mobil besar lewat.
“Cress…..”
Isi kepala adiknya berhamburan.
Kejadian itu berasa cepat sekali terjadi. Sang kakak terpaku melihat adiknya telah terlindas mobil besar. Darah mulai membasahi aspal. Orang-orang mulai berdatangan menyaksikan kejadian tragis tersebut.
BACA JUGA: Saat Manusia Dijemput Malaikat Maut
Saat itu tidak ada yang menduga kalau adiknya bisa terjatuh jauh dari kakaknya. Dan tak ada yang menduga kalau adiknya pun lebih cepat dijemput malaikat maut dari pada kakaknya.
Kisah di atas adalah kisah nyata. Sebuah kejadian yang tanpa sadar mengajarkan pada kita bahwa maut tidak menunggu umur kita.
Ada kisah satu lagi. Saya dapatkan dari kabar yang tak jauh dari rumah saya. Ada dua anak perempuan yang bermain di jembatan. Di bawahnya sungai cukup dalam. Salah satu sendal anak itu jatuh. Kemudian ia berusaha mengambil sendal yang mengambang dan makin menjauh.
Saat akan mengulurkan tangan untuk menggapai sendalnya, ia terjebur ke sungai. Anak itu tidak bisa berenang.
Siang itu pun keadaannya begitu sepi. Tak ada satu pun orang. Melihat temannya terjebur ke sungai, teman satunya mencoba untuk menolong. Dari pinggir sungai, Ia ulurkan tangan untuk mencoba meraih tangan temannya. Tapi ternyata malah tertarik ke sungai.
Akhirnya dua-duanya terjebur dan tak ada yang bisa berenang. Dan pada sore harinya, dua anak ini ditemukan di tempat buka tutup irigasi dalam keadaan menjadi mayat. Orang tua dari anak ini tak ada yang menduga jika kedua anaknya menjadi mayat yang terapung di sungai. Mendahului kedua orang tuanya ke alam barzakh.
Mereka lebih dulu meski umur masih belia. Mereka lebih dulu meski masih banyak prestasi yang mungkin nanti akan di raih. Tapi suratan taqdir sudah diputuskan, kehidupan dua anak ini diberhentikan. Tentu dengan berbagai hikmah yang terkandung di dalamnya.
BACA JUGA: Maut Adalah Nasihat yang Paling Besar
Ya. Semuda apapun kita, tidak akan membuat maut sungkan menjemput. Jika ajal sudah ditetapkan, dimanapun keberadaan dan kondisi kita, dia tak pernah sama sekali mengundurkan diri untuk tak mencabut nyawa kita.
“Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak pula dapat memajukannya.” (Yunus:49)
Kenapa kita nanti akan mati? karena sudah ajalnya. Apapun itu penyebabnya, meski hanya tersandung, atau kerudung yang tersangkut ban motor, jika sudah ajalnya maka tidak ada yang bisa menghalangi sedikitpun. Bahkan meski kita berada dalam benteng yang kuat dan kokoh, dijaga ketat oleh prajurit hebat dan tangguh, serta peralatan perang yang lengkap, tidak ada yang mampu menghentikan kedatangan ajal.
Suatu ketika Khalifah Harun As-Rasyid memanggil semua pasukannya pada detik-detik ajalnya. Kemudian ia memandangi pasukannya yang begitu banyak, hingga tak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah. Semuanya lengkap dengan pedang dan perisai. Tapi ia justru menangis, lantas berkata, “Wahai dzat yang tidak pernah kehilangan kekuasaan, kasihanilah hamba-Mu yang telah kehilangan kekuasaan ini”.
Tangisan itu tidak berhenti sampai kematian menjemputnya. Semua yang ia miliki saat itu tidak ada yang bisa mencegah kematian datang. Besarnya kekuataan pasukan dengan kelengkapan senjata, tak satupun mampu menghalang-halangi ajal agar tidak mencabut nyawa sang khalifah. itu lah sifat ajal. Tidak ada yang bisa menghalangi meski dengan kekuataan, dan juga umur yang belia.
BACA JUGA: Nabi Yaqub Diajari Doa Ini oleh Malaikat Maut
Seringkali kita mudah tertipu dengan umur muda. Menghamburkan masa muda dengan hal yang sia-sia karena tua masih lama. Jadi berkesimpulan matinya juga masih lama. Padahal dari dua kisah diatas sudah cukup membuktikan kalau maut tak pandang umur. Dia datang pada saat kita tak siap menerima kehadirannya, dan tak berfikir bakal dijemputnya dengan cepat.
Namun yang menjadi pertanyaan besar, bagaimana kondisi kita saat maut datang.
Apakah sedang ibadah?
Atau malah sedang asik maksiat?
Mari kita terus berusaha, jangan sampai maut menjemput kita sedang kita masih melakukan dosa. Karena bila itu kondisi kita, berarti episode kehidupan selanjutkan akan kita lalui dengan buruk dan penuh penderitaan yang panjang. Naudzubillah min dzalik. []