KETUA Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) kasihan jika tanpa PDIP dalam acara peringatan HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1) lalu. Relawan Jokowi pun bereaksi terhadap pernyataan Megawati tersebut.
Megawati mengatakan ‘kasihan Jokowi’ Megawati mulanya menyinggung soal program stunting yang diinisiasi PDIP.
“PDI Perjuangan menggalakkan program stunting loh Pak, mbok saya dikasih bintang toh yo,” kata Megawati sambil tersenyum.
Megawati lalu menyinggung soal Jokowi dan dukungan PDIP. Megawati mengatakan PDIP mengawal Jokowi secara legal formal.
BACA JUGA:Â Zakir Naik Dibela Partai Islam Malaysia
“Pak Jokowi itu ya ngono loh, mentang-mentang. Lah iya padahal Pak Jokowi kalau nggak ada PDI Perjuangan juga duh kasihan dah,” kata Megawati,
“Loh legal formal loh, beliau jadi presiden tuh nggak ada… kan ini.. legal formal diikuti terus sama saya, aturannya, aturan mainnya,” sambung Megawati.
Pernyataan Megawati soal ‘kasihan Jokowi’ ramai dibahas. PDIP lewat Sekjen Hasto Kristiyanto menjelaskan pernyataan yang disampaikan Mega.
Pernyataan ini tertuang dalam unggahan resmi PDIP di media sosial Twitter. Hasto menjelaskan pernyataan Megawati soal tanpa PDIP Jokowi akan sendirian.
“Menurutnya, pernyataan itu merupakan penanda bahwa PDI Perjuangan akan selalu mendukung dan berada di belakang Presiden Jokowi,” kata Hasto dalam unggahan tersebut, Kamis (12/1).
PDIP memastikan jika partai akan selalu mendukung Jokowi. Hubungan Megawati dan Jokowi, kata PDIP, juga dipastikan terus berlanjut bahkan berjalan intens.
“Hasto Kristiyanto juga memastikan hubungan antara Ibu Megawati dan Presiden Jokowi akan terus berlanjut, meski Jokowi purnatugas sebagai Presiden pada 2024” tuturnya.
“Bahkan Hasto juga menyatakan, hubungan di antara keduanya sudah sangat dalam,” kata dia.
Berbeda sikap, relawan Jokowi menyoroti isi pidato PDIP Megawati Soekarnoputri yang membicarakan perannya dalam menjadikan Jokowi sebagai presiden. Sekjen Kornas Jokowi, Akhrom Saleh, menilai Jokowi menjadi presiden karena pilihan rakyat.
“Melihat pidato atau sambutan Ketua Umum PDI-Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri di hari jadi PDIP yang ke-50 tahun, saya kira itu biasa-biasa saja, ucapannya itu benar bahwa partai sebagai kendaraan untuk mencapai kekuasaan. Hanya memang bahasa dan narasi beliau sedikit menggelitik,” kata Akhrom, Kamis (12/1).
“Jadi menurut saya ini tidak perlu dijadikan persoalan. Apalagi kalau kita bicara Ibu Mega, kadang-kadang bahasa emak-emak suka nyelekit, tapi justru itulah bahasa kasih sayang kepada anaknya,” lanjutnya.
Bagi Akhrom, Jokowi menjadi presiden yang dipilih oleh mayoritas rakyat. “Sebagai loyalis Presiden Jokowi tentu bagi kami pak Jokowi adalah presiden pilihan rakyat, pilihan mayoritas rakyat Indonesia,” lanjut dia.
Akhrom mengklaim suara rakyat yang lebih dulu menginginkan Jokowi menjadi presiden. Hal inilah, menurutnya, yang mendorong parpol agar mengusung Jokowi di pilpres.
BACA JUGA:Â Dukung Larangan Sunat, Partai di Swedia Kena Kritik Muslim dan Yahudi
Momen menarik terekam saat acara puncak perayaan HUT ke-50 PDIP. Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut bernyanyi dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri tepuk tangan saat penyanyi Denny Caknan menghibur acara HUT ke-50 PDIP. (YouTube PDIP)
“Sebelum dikeluarkan rekomendasi sebagai capres PDIP, suara rakyatlah yang lebih dulu ingin Jokowi jadi presiden. Jadi Pak Jokowi itu bukan pilihan elite politik atau parpol tertentu. Pak Jokowi itu pilihan rakyat yang didorong oleh rakyat agar partai politik mengusungnya. Bukan sebaliknya,” katanya.
Oleh karena itu, Akhrom berharap elite parpol dapat mencalonkan presiden yang sesuai dengan harapan rakyat. “Kami dan rakyat Indonesia berharap ke depan elite parpol apapun partainya sebaiknya mengusung capres berdasarkan pilihan rakyat, agar sejarah atau peristiwa politik yang baik tetap terjaga,” lanjut dia. []
SUMBER: DETIK