KITA kadang suka lupa diri saat berdebat atau bertengkar dengan seseorang. Emosi dan hawa nafsu menyelimuti diri untuk saling menjatuhkan. Pertempuran kata-kata pun terjadi. Keduanya ingin berusaha mengejek dan menghinakan lawannya. Namun sayangnya, dalam suasana emosi tersebut tak jarang di antara kita malah meledek orang tua lawan bicara.
Mengutip buku Hikmah dari Langit karya Ustadz Yusuf Mansur, pertengkaran yang membawa-bawa nama dan posisi orang tua biasanya dilakukan oleh anak kecil dan remaja. Mereka bertengkar dan meledek orang tua lawan masing-masing.
Menghina atau meledek orang tua lawan memang efektif untuk membuatnya marah. Jangankan menghina, orang tua kita disebut dengan nama menghina saja kita sudah pasti marah.
Sayangnya, perbuatan meledek orang tua juga kerap dilakukan orang dewasa yang terbawa emosi saat bertengkar Entah dengan menyombongkan orang tua sendiri atau menghina orang tua lawan. Maka hati-hatilah.
BACA JUGA: Menafkahi Orangtua atau Ngasih Bonus untuk Istri, Mana yang Lebih Utama?
Meledek Orang Tua Lawan Bertengkar
Rasulullah menyebut diri kita sama dengan memaki orangtua sendiri, jika kita membangkitkan emosi lawan dengan memaki atau meledek orang tuanya lalu dia berbalik memaki dan meledek orang tua kita juga.
Artinya yang pertama kali memulai menghina orang tua lawan sehingga menyebabkan lawan juga memaki oangtuanya, maka orang itu sama saja dengan memaki orang tuanya sendiri.
Diriwayatkan dari sahabat ‘Amr bin Al-‘Ash ra, Rasulullah SAW bersabda,
مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci maki kedua orangtuanya.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah seseorang bisa mencaci maki kedua orangtuanya?”
Rasulullah SAW menjawab,
نَعَمْ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ
“Benar. Seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain tersebut mencela bapaknya. Dan seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain tersebut mencela ibunya.” (HR. Muslim no. 90)
Memang tidak masuk akal sebetulnya. Orang yang sedang emosi pikirannya tertutup hawa nafsunya. Mengapa ia yang bertengkar, tapi kok orang tuanya yang dicela? Apa hubungannya? Yang demikian itu hanya untuk membuat lawan marah.
Orang yang bertengkar memang sengaja aga lawannya marah. Semakin lawannya marah, semakin senanglah hatinya. Seakan-akan ia menang dalam tataran pertengkaran mulut. Baru kalau kemudian berlanjut ke arena tinju masing-masing baru membuktikan kekuatan siapa yang paling unggul.
Kembali kepada membawa-bawa orang tua dalam bertengkar. Seemosi apa pun diri kita janganlah sampai kita membawa-bawa nama orang tua. Tegakah diri kita mendengarkan orang tua kita dicaci maki dan dihina?
Pada saat ada orang yang mencaci maki orang tua kita langsung kepada mereka, pasti kita panas. Kalau ada di tempat itu pasti kita akan langsung turun tangan, main pukul. Kalau pas kita tidak ada , kita akan cari orangnya. Hati kita geram kalau tahu orangtua kita dicaci maki.
Nah, sebelum kita menghina orangtua lawan, ingatlah orangtua kita. Kita amat marah apabila orangtua dihina, jangan sampai kita memulai menghina orangtua lawan. Jadilah anak yang berbakti. Anak yang tidak pernah memaki orang tua sendiri dengan cara apapun. Langsung atupun tidak langsung.
Setelah mengetahui buruknya perilaku meledek orang tua, kita pun harus tahu tentang keutamaan dalam berbakti kepada orangtua, diantaranya:
Meledek Orang Tua Lawan Bertengkar
1. Amalan yang paling mulia
Dalam salah satu hadits shahih yang diriwayatkan oleh sahabat Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi SAW mengatakan berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan amalan ibada yang paling dicintai oleh Allah SWT. Seperti dalam hadits:
سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah SWT?”, Rasul menjawab, “Shalat pada (awal) waktunya.” “kemudian apa lagi?” Rasul menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” “kemudian apa lagi?” Rasul menjawab “Fi Sabilillah.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai).
2. Sebab diampuninya dosa
Allah telah menjanjikan ampunan atas dosa-dosa kepada seorang hambanya yang berbakti kepada orang tua. Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahqaf : 15-16
“Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. Masa mengandung dan menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya telah mencapai 40 tahun dia berdoa.
‘Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku bisa dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim’.
Mereka itulah orang-orang yang kami terima amal baiknya yang telah mereka kerjakan dan (orang-orang) yang kami maafkan kesalahan-kesalahannya, mereka juga akan menjadi penghini-penghuni surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.”
Meledek Orang Tua Lawan Bertengkar
3. Penyebab masuknya seseorang ke surga
Kedua orang tua merupakan salah satu pintu menuju surga, bahkan pintu surga ysng psling pertengahan. Maka berbuat baiklah dan berbaktilah kepada kedua orang tua, karena allah telah menjamin surga untuknya.
BACA JUGA: Jasa Orangtua kepada Anak Sering Dilupakan
Sabda Rasulullah SAW; “Orang tua merupakan pintu surga paling pertengahan, jika engkau mampu maka tetapilah atau jagalah pintu tersebut.” (HR. Ahmad).
4. Diberi kemudahan rezeki dan umur panjang
Anak yang senantiasa selalu berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya, akan memperoleh keberkahan hidupnya berupa umur yang panjang dan kemudahan rezekinya.
Seperti yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth:Dari Annas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Rasulullah SAW bersabda; “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturrahim (kekerabatan).” (HR. Ahmad). []