SEMUA orang pernah melakukan sebuah tindakan atau sikap bernama tergesa-gesa. Bukankah ada saat-saat di mana seseorang berbicara terlalu cepat atau bereaksi tanpa berpikir? Ya, itulah yang namanya tergesa-gesa (isti’jal)
Tindakan tergesa-gesa yang dilakukan dengan cepat, singkat, bahkan tanpa pikir panjang, biasanya mengakibatkan kita harus membayarnya dalam jangka waktu yang panjang. Itu bisa berupa penyesalan, kerugian, kesedihan,kekecewaan, bahkan mungkin saja menghasilkan dosa.
Banyak hal yang sangat mungkin kita sesali karena sebuah keputusan yang tergesa-gesa. Bisa jadi itu karena menyakiti orang lain yang tidak bersalah, penghinaan yang tidak akan pernah bisa ditarik kembali, perceraian yang menghancurkan sebuah keluarga, putus asa, atau memutuskan korupsi.
BACA JUGA: Tergesa-gesa itu dari Setan, kecuali yang 5 Ini
Abu Hātim Al-Busti berkata:
“Orang yang terburu-buru berbicara sebelum dia tahu, menjawab sebelum dia mengerti, memuji sebelum mencoba, dan mengutuk setelah memuji. Orang yang terburu-buru selalu disertai dengan penyesalan dan jauh dari kesejahteraan. Orang Arab biasa menyebutnya ‘ibu penyesalan’.” (Rawdatul ‘Uqalā)
Sifat tergesa-gesa dalam diri manusia telah disebutkan Allah dalam Alquran. Allah SWT berfirman:
خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ ۚ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.” (QS Al Anbiya: 37)
Allah SWT juga berfirman:
وَيَدْعُ ٱلْإِنسَٰنُ بِٱلشَّرِّ دُعَآءَهُۥ بِٱلْخَيْرِ ۖ وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ عَجُولًا
“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS Al Isra: 11)
Bahkan para nabi pun diingatkan Allah, untuk bersabar agar terhindar dari ketergesa-gesaan.
Diriwayatkan tentang Nabi Adam, “Ketika Allāh meniup Adam dari jiwanya (setelah membentuk Adam dari tanah liat) dan itu mencapai matanya, dia melihat buah-buah dari taman itu. Ketika jiwa mencapai tubuhnya, dia ingin makan, jadi dia mencoba berdiri sebelum jiwa mencapai kakinya, bergegas menuju buah surga.” (disebutkan oleh Sa’īd Ibn Jubair dan As-Suddi [Tafsir Al-Qurtubi])
Adapun Nabi Musa, kisahnya dengan nabi Kidir menguak hal ini. Dalam Alquran dikisahkan tentang ketergesa-gesaan Nabi Musa segingga dia tidak sabar saat belajar dari nabi Khidir.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
رَحِمَ اللَّهُ مُوسَى لَوْ لَمْ يُعَجِّلْ لَقُصَّ مِنْ حَدِيثِهِ غَيْرُ الَّذِي قُصَّ
“Semoga Allāh mengasihani Musa. Jika dia tidak terburu-buru, kami akan belajar lebih banyak cerita daripada yang kami lakukan.” (HR Al-Hākim, diriwayatkan dari Ibn ‘Abbās)
Adapun Nabi Yunus, dia meninggalkan kaumnya setelah mereka dengan keras kepala menolaknya. Keputusan Nabi Yunus adalah salah satu tindakan yang mengantarkannya ke mulut ikan paus. Dia ditelan oleh seekor ikan paus, hingga terpaksa menghabiskan sebagian periode kehidupannya di dalam perut paus sambil terus memohon pengampunan pada Allah.
Demikian besar akibat yang ditimbulkan dari tindakan tergesa-gesa, Allah pun memperingatkan Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan:
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَى وَهُوَ مَكْظُومٌ
“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).” (QS Al Qalam: 48)
Nyatanya, bahkan Nabi Muhammad kita sendiri hampir mengalami hal serupa, yakni ketergesa-gesaan.
BACA JUGA: Tergesa-gesa Dalam Berdoa, Hasilnya Sia-sia
Diriwayatkan suatu ketika Jibril akan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan Nabi akan mengulanginya. Nabi takut lupa, jadi Allāh memerintahkannya untuk tidak terburu-buru, sambil meyakinkannya bahwa dia akan mampu untuk mengingat Al-Qur’an:
وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِن قَبْلِ ِنْ يُقْضَى َلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS Taha: 114)
Islam, seperti halnya segala sesuatu, mengambil pendekatan yang seimbang terhadap masalah ini.
Ketergesa-gesaan yang melekat pada manusia tidak sepenuhnya tercela juga tidak sepenuhnya baik atau terpuji. Sehingga tindakan tergesa-gesa dapat dikategorikan ke dalam dua kelompo: yang terpuji dan yang tercela. Muslim pun bisa mengevaluasi dirinya dengan mengenali kedua kategori ini. []
SUMBER: ISLAM21C