• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Kamis, 15 Mei 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Kolom

Melihat Konsep Kesejahteraan Ekonomi Menurut Imam Asy – Syaibani

Oleh Saad Saefullah
6 tahun lalu
in Kolom
Waktu Baca: 2 menit baca
A A
0
Foto: Pinterest

Foto: Pinterest

3
BAGIKAN

Melihat Konsep Kesejahteraan Ekonomi Menurut Imam Asy – Syaibani 1ABU Abdillah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad Asy-Syaibani lahir pada tahun 132 H (750 M) di kota Wasith, ibukota Irak pada masa akhir pemerintahan Bani Umawiyyah dan Wafat tahun 189 H (804 M). Imam Asy-Syaibani yang baru berusia 14 tahun berguru kepada Abu Hanifah selama 4 tahun, yakni sampai nama yang terakhir meninggal dunia.

Setelah itu, ia berguru pada Abu Yusuf, salah seorang murid terkemuka dan pengganti Abu Hanifah, hingga keduanya tercatat sebagai penyebar mazhab Hanafi. Dan belajar kitab al-Muwatta pada Malik bin Anas.
Secara finansial, ia tampaknya telah kaya. Warisan dari ayahnya dikatakan sekitar 30.000 dirham, sebagian besar telah dihabiskan untuk digunakan pendidikan (Arnoos, 1986).

Hal ini tampaknya telah tercermin dalam pandangannya seperti yang ditunjukkan dalam bukunya. Tapi kekayaan ini tidak menyebabkan kesombongan. Kita melihat Dia menekankan dalam bukunya bahwa orang kaya membutuhkan orang miskin sebagai miskin membutuhkan orang kaya

Imam Asy – Syaibani sering berinteraksi dengan ulama ahlul ra’yi dan hadits dan karena keluasan pendidikannya sehingga Syaibani mampu mengkombinasikan antara aliran ra’yu di irak dengan hadits di Madinah.

ArtikelTerkait

Dajjal pun Tak Bisa Menaklukkan Baitul Maqdis

Doa Terbaik untuk Muslim Pakistan dan India

Perang Khandak dan Badai Al-Aqsa, Pecah Kongsinya Yahudi

Jiwa Bertempur Pejuang Palestina dan Penjajah Israel

Setelah abu Yusuf meninggal beliau diminta oleh khalifah Harun Al-Rasyid untuk menggantikan abu Yusuf sebagai qadhi di kota Riqqah (Irak). Namun hanya berlangsung singkat. Sehingga beliau mengundurkan diri untuk lebih konsentrasi pada pengajaran dan penulisan fikih. Imam asy-Syaibani meninggal pada tahun 189 H (804 M) di kota al-Ray dekat Teheran (Iran).

BACA JUGA: Kisah Ilmuwan Muslim yang Dituding Lakukan Sihir

Di masa kepemimpinan beliau, perekonomian islam berkembang secara signifikan . Imam Asy-Syaibani mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan anak-anak Adam sebagai suatu ciptaan yang tubuhnya tidak akan dapat hidup kecuali dengan empat perkara, yaitu : makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal.

Para ekonom yang lain mengatakan bahwa keempat hal ini adalah tema ilmu ekonomi. Jika keempat hal tersebut tidak pernah diusahakan untuk dipenuhi, ia tidak akan meraskan kesejahteraan karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa keempat hal tersebut. Imam Asy-Shaybani mengatakan bahwa kasb merupakan kewajiban pada analogi mencari pengetahuan artinya diperlukan untuk pembagian kerja.

Imam Asy-Syaibani mengungkapkan bahwa untuk mencapai kesejahteraan ekonomi dibutuhkan saling membantu dan mendekatkan diri pada Allah adalah zakat dan sedeqah. Dan untuk mencari nafkah ada empat cara dasar yaitu: menyewa tenaga kerja, perdagangan, pertanian, dan kerajinan.

Pengungkapan tersebut juga dijelaskan oleh imam Asy-Syaibani. Pertama, Pertanian lebih berjasa daripada perdagangan, dikatakan bahwa pertanian karena manfaatnya yg dirasakan masyarakat banyak (dengan beras sebagai bahan makanan pokok). Kedua, pertanian dan kegiatan turunan, adalah penyedia utama kebutuhan makhluk hidup lainnya, burung dan hewan, yang dapat dimakan atau sebaliknya. Ketiga, sebagai bahan baku. Keempat, pertanian menyediakan sumber untuk zakat dari dalam sebagai sedekah wajib, seperti zakat, pada pertanian ditetapkan dalam Qur ‘an. 

BACA JUGA: Ekonomi Islam untuk Kemaslahatan Dunia Akhirat

Jika kita melihat dari bagaimana dengan pertumbuhan perekonomian sekarang, sangat memungkinkan untuk bisa meniru konsep yang telah diterapkan di masa Imam Asy-Syaibani. Dengan mengedepankan sektor pertanian merupakan solusi terbaik untuk mengembangkan perekonomian di negara agrarian seperti Indonesia.

Advertisements

Didukung penduduk Indonesia yang 80% merupakan mayoritas beragama islam, sangat memungkinkan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi dengan berzakat dan sedekah sebagaimana yang telah diajarkan oleh rasulullah saw dan dikembangkan di masa imam Asy-Syaibani. 

Wallahu a’lam bishawab. []

Tags: Kolom Mahasiswa
Share19SendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Pernahkah Anda Takut Mati?

Next Post

Kirim Pahala Menurut Imam Ahmad Bin Hambal

Saad Saefullah

Saad Saefullah

Lelaki. Tidak terkenal. Menyukai kisah-kisah Nabi dan Para Sahabat.

Terkait Posts

Baitul Maqdis

Dajjal pun Tak Bisa Menaklukkan Baitul Maqdis

13 Mei 2025
Pakistan

Doa Terbaik untuk Muslim Pakistan dan India

11 Mei 2025
Yahudi

Perang Khandak dan Badai Al-Aqsa, Pecah Kongsinya Yahudi

11 Mei 2025
Genosida, Nasrulloh Baksolahar, Palestina

Jiwa Bertempur Pejuang Palestina dan Penjajah Israel

8 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Pisang

Siapa Saja Orang yang Tidak Dianjurkan Makan Pisang?

Oleh Saad Saefullah
14 Mei 2025
0

Sakaratul Maut, amal, Penghalang Rezeki, Arwah, Shalat Malam, renungan ramadhan, PMO, Keutamaan Pemimpin yang Adil, Shalat Malam, Orang yang Dibenci oleh Allah SWT, Kesabaran

Engkau dengan Kesabaran

Oleh Saad Saefullah
14 Mei 2025
0

Teka Teki Fiqih, Pertanyaan, Pertanyaan tentang Islam

5 Pertanyaan tentang Islam yang Cukup Sulit, Bisakah Kamu Menjawabnya?

Oleh Haura Nurbani
14 Mei 2025
0

Uang Istri, sedekah, gaji

Adakah Penduduk Indonesia yang Masih Mendapatkan Gaji hanya 2 Juta / Bulan?

Oleh Saad Saefullah
14 Mei 2025
0

siswa ,tawuran

7 Cara Mendisiplinkan Siswa yang Sering Tawuran: Pendekatan Tegas tapi Manusiawi

Oleh Yudi
14 Mei 2025
0

Terpopuler

Shalat Dhuha, Sebaiknya Dilakukan di Jam Ini

Oleh Saad Saefullah
4 Juni 2024
0
Surat yang Harus Dibaca ketika Shalat Dhuha, Keutamaan Shalat Rawatib, Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib, Tata cara shalat, , Hukum Baca Surah yang Sama dalam Shalat, Hukum Menqadha Shalat untuk Orang yang Sudah Meninggal, Shalat Sunnah, Pahala dan Keutamaan Shalat Dhuha, Sunnah, Allahu Akbar, Shalat Tasbih, Keutamaan Shalat Qobliyah Shubuh

Waktu shalat Dhuha diawali sejak naiknya matahari, yaitu sekitar ¼ jam setelah munculnya matahari.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Berapa Jarak Waktu yang Disebutkan oleh Rasulullah dengan Penaklukan Konstantinopel oleh Al-Fatih?

Oleh Haura Nurbani
14 Mei 2025
0
Konstantinopel

Rasulullah ﷺ dalam haditsnya menyebut penaklukan Konstantinopel sebagai salah satu kabar gembira bagi umat Islam.

Lihat LebihDetails

Puisi Cinta Suami pada Istrinya: Yang Tak Pernah Kusuarakan

Oleh Dini Koswarini
13 Mei 2025
0
Sebab Istri Harus Taat kepada Suami, Cinta

Seorang suami menulis sebuah puisi untuk istrinya.

Lihat LebihDetails

Mobil Listrik vs Hybrid: Apa Bedanya dan Mending Pilih Mana?

Oleh Saad Saefullah
14 Mei 2025
0
Mobil

Perbendingan Mobil Listrik vs Mobil Hybrid menjadi semakin relevan di tengah tren kendaraan ramah lingkungan.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.