KENALKAH Anda dengan salah seorang budak yang berkulit hitam ini? Ya, dialah Wahsyi bin Harb, orang yang terkenal karena telah membunuh paman Nabi Muhammad SAW yang dijuluki “Singa Allah”, yakni Hamzah bin Abdul Muthallib. Dia merupakan budak yang berasal dari Ethiopia milik Hindun binti Utbah.
Orang yang diberi julukan Abu Salamah ini telah masuk Islam setelah keberhasilannya membunuh Hamzah. Ada kisah menarik dari perjalanannya dalam memeluk Islam. Ia sempat ragu untuk memeluk Islam karena terhalang oleh beberapa ayat Al-Quran.
Al Faqih berkata: Seseorang yang dapat dipercaya menceritakan kepadaku dengan sanadnya dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Wahsyi menulis surat kepada Rasulullah SAW, yang menyatakan bahwa sesungguhnya ia ingin masuk Islam. Namun, ada satu ayat al-Quran yang menghalang-halanginya, yaitu ayat yang berbunyi, “Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),” (QS. Al-Furqan: 68).
Wahsyi merasa bahwa dirinya mengerjakan tiga perbuatan yang diharamkan itu, maka ia bertanya, mungkinkah ia bisa bertaubat. Kemudian turunlah ayat yang berbunyi, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Al-Furqan: 70).
Rasulullah SAW menjawab surat Wahsyi itu tentang turunnya ayat tersebut. Namun, Wahsyi menulis surat lagi yang menyatakan bahwa di situ dipersyaratkan adanya amal shalih, padahal ia tidak tahu bisa atau tidak untuk mengerjakan amal shalih. Kemudian turunlah ayat yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” (QS. An-Nisa: 48).
Rasulullah menjawab lagi surat Wahsyi itu tentang adanya ayat tersebut. Namun, Wahsyi menulis surat lagi yang menyatakan bahwa pada ayat itu juga ada persyaratan, sedangkan ia tidak tahu apakah kira-kira Allah menghendaki dirinya untuk diampuni atau tidak.
Kemudian turunlah ayat lagi yang berbunyi, “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’,” (QS. Az-Zumar: 53).
Kemudian Rasulullah SAW menulis surat lagi kepada Wahsyi. Dan di situ Wahsyi melihat tidak ada persyaratan apa pun, maka ia segera datang ke Madinah dan masuk Islam.
Subhanallah, itulah indahnya Islam. Islam tidak memberikan hal yang muluk-muluk bagi orang-orang yang ingin memeluknya. Islam memberikan keringanan bagi siapa saja yang memiliki kemantapan dan keteguhan hati yang besar untuk mengabdi dalam ajaran pemberi jalan kebenaran ini. []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin Peringatan bagi Orang-orang yang Lupa 1/Karya: Abu Laits as Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang