Oleh: Ali Farkhan Tsani
ZAMAN modern ibarat zaman ‘keterbelakangan.’ Soal pengetahuan boleh saja luar biasa maju, namun di sisi moral dan nilai-nilai agama, orang-orang masa kini justru mengalami kemunduran. Fenomena ini terjadi karena zaman ini ditinggalkan para ulama yang tsiqah dan orang-orangnya melupakan ulama.
Ulama kian langka, generasi muda yang ingin menjadi ulama pun sedikit. Banyak anak bercita-cita ingin menjadi selebritis ketimbang menjadi ulama. Alasannya sederhana, selebritis bisa mendatangkan banyak uang.
Cobalah kita tanyakan kepada anak-anak untuk menyebutkan nama-nama tokoh ulama dan tanya pula nama-nama artis dunia. Mungkin mereka banyak hafal nama-nama selebritis.
Tidak serta-merta kita salahkan generasi masa depan itu. Akan tetapi akan lebih pada koreksi diri, sejauh mana kita mengenalkan para tokoh pejuang Islam itu kepada mereka?
Sudahkah kita menceritakan kisah penelusuran hadits dari seorang Imam Bukhari, yang mengembara dari dataran Eropa menuju Madinah? Sudah pulakah kita kisahkan bagaimana pembelajar otodidak Syaikh Al-Albani? Atau lebih dekat lagi kita belikan buku sejarah perjuangan para ulama dalam kemerdekaan RI dan para pembangun negeri dari kalangan para wali?
Padahal melalui perantaraan mereka para ulama-lah, merupakan pewaris perbendaharaan ilmu agama, pewaris Nabi. Sehingga dengan demikian, ilmu syariat terus terpelihara kemurniannya sebagaimana awalnya. Oleh karena itu, kematian salah seorang dari mereka mengakibatkan terbukanya fitnah besar bagi kaum Muslim. Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitulah, maka keberadaan ulama, mereka yang paham, mengerti, mengamalkan ilmu-ilmu syaruat Islam merupakan sumber rahmat dan barakah dari Allah SWT. Kehilangan mereka berarti mengundang kebodohan dan kesesatan yang pada akhirnya akan mengundang azab.
Sudah seharusnya kita ikuti dan taati arahan ulama selama haq, bersandar pada Al-Quran dan As-Sunnah. Jika keliru kita nasihati dan jika benar kita bela. Penghormatan dan pemuliaan Allah kepada kita, adalah bagaimana penghormatan dan memuliakan para ulama.
Kecuali tentu orang-orang pendosa yang ingkar kepada Allah, yang bermusuhan dengan ulama, seperti juga orang-orang jahiliyah yang memusuhi Nabi. Dan mereka dihinakan Allah di dunia apalagi di akhirat. Na’udzubillaah. []
Sumber: http://mirajnews.com/2017/02/ulama-pewaris-para-nabi.html