MELURUSKAN makna sabar adalah salah satu tingkatan maqamat yang harus dilalui oleh setiap manusia yang beriman. Manusia yang ingin berada dalam jalan Allah SWT akan melalui jalan tersebut dengan sabar.
Bila kita melihat sinetron indonesia, kerap disitu ada seseorang yang sabar tapi selalu menjadi figur yang tertindas, lugu, mudah di tipu, dan bisanya menangis sendirian.
Tetapi seseorang semacam ini menjadi pemenang hanya di episode terakhir saja sedangkan sebelumnya selalu kalah dan mengalah.
Bila kita lihat secara objektif, yang seperti itu sejatinya bukanlah sabar, tapi justru lemah. Lemah itu secara umum tidak baik. Mukmin yang lebih disukai Allah bukanlah yang lemah tapi yang kuat, seperti diterangkan oleh Nabi dalam hadits berikut:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Dan masing-masing adalah baik.” (HR Muslim).
Lalu sabar itu apa? Sabar berasal dari bahasa Arab الصبر (ash-shabru) yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia menjadi kata “sabar”. Ketika sudah menjadi bahasa Indonesia, maka ada sedikit perubahan makna sehingga muncullah makna sabar seperti terkesan lemah dalam sinetron-sinetron.
BACA JUGA: Ciri Orang Sabar, Beriman dan Berakal
Makna asli kata ash-shabru adalah tahan sehingga ada istilah صبّر الجثة yang secara literal berarti “menyabarkan” bangkai. Maksudnya adalah membuat bangkai menjadi tahan lama tak mudah membusuk.
Sehingga kata sabar maksudnya justru kuat tahan banting dan tak mudah hancur. Dengan makna ini kita bisa memaknai ayat berikut dengan tepat:
قَالَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوا اللّٰهِ ۙ كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢبِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
“Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, ‘Betapa banyak kelompok kecil bisa mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.’ Dan Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah: 249).
Ayat tersebut bercerita tentang para prajurit yang tahan banting sehingga meskipun jumlahnya sedikit tetapi mampu mengalahkan musuh yang jumlahnya lebih banyak. Merekalah yang disertai oleh Allah dengan kemenangan. Di ayat lain malah lebih jelas bahwa sabar artinya adalah kuat. Allah berfirman:
وَكَاَيِّنْ مِّنْ نَّبِيٍّ قَاتَلَۙ مَعَهٗ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌۚ فَمَا وَهَنُوْا لِمَآ اَصَابَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَانُوْا ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ
“Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS Ali ‘Imran: 146).
ilustrasi, foto: unplashAyat terakhir ini menjelaskan kriteria orang sabar adalah dia yang tidak lemah, tidak mudah patah semangat atau menyerah. Ini semua adalah kriteria Muslim yang kuat sebagaimana disinggung Rasulullah.
Jadi, sabar bukanlah sifat bagi mereka yang lemah yang selalu kalah. Justru sebaliknya, ia adalah sifat bagi para pemenang yang selalu unggul baik ketika jumlahnya sedikit dan tertindas hingga jumlahnya besar dan mayoritas, Begitulah meluruskan makna sabar.
BACA JUGA: Sabar tak Ada Batasnya
Di sinilah kita bisa meluruskan makna sabar melihat bahwa Rasulullah dan para sahabat selalu sabar dalam setiap kondisi. Ketika mereka minoritas dan ditindas di Makkah, tak ada yang berpaling, menyerah atau kompromi soal aqidah Islam.
Semua tetap tegas dan kuat meskipun dalam siksaan kaum Quraish. Demikian pula ketika di masa pasca Hijrah di Madinah, mereka tetap sabar dan tahan banting dengan pasukan yang jumlahnya lebih sedikit.
Ketika menahan diri mereka bersabar, ketika perang terbuka pun mereka sabar. Dengan modal kesabaran ini, maka umat Islam awal tersebut meraih kemenangan gemilang.
Meluruskan Makna Sabar dan Kemenangan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Allah ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya, “Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan Kami.” (QS. Al An’aam [6]: 34).
Meluruskan Makna Sabar Menerima Takdir
Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Macam ketiga dari macam-macam kesabaran adalah Bersabar dalam menghadapi takdir dan keputusan Allah serta hukum-Nya yang terjadi pada hamba-hamba-Nya.
Karena tidak ada satu gerakan pun di alam raya ini, begitu pula tidak ada suatu kejadian atau urusan melainkan Allah lah yang mentakdirkannya. Maka bersabar itu harus. Bersabar menghadapi berbagai musibah yang menimpa diri, baik yang terkait dengan nyawa, anak, harta dan lain sebagainya yang merupakan takdir yang berjalan menurut ketentuan Allah di alam semesta…” (Thariqul wushul, hal. 15-17).[]