Oleh: KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D
ACAPKALI kita mendengar kata barokah. Hidup yang barokah, rezeki yang barokah dan ilmu yang barokah. Termasuk kita napak tilas ke tempat perjuangan para rasul, para nabi, dan para wali untuk mengambil barokah. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan kata Barokah.
Barokah adalah berkembang. Yaitu bertambahnya kebaikan dalam sesuatu yang sudah baik. Sesuatu yang sedikit bisa berisi kebaikan yang lebih banyak. Mengerjakan sedikit tapi efek kebaikannya besar. Bahkan sesuatu yg tampak kecil dilakukan tapi mengandung kebaikan yang meluas. Seperti ibadah hanya satu malam pada Lailatul Qadar, namun kebaikannya melebihi seribu bulan.
BACA JUGA: Keberkahan Masuk Islamnya Sa’ad bin Muadz
Barokah itu harapan di setiap tempat dan waktu. Islam mengajarkan agar ketika sesama muslim bertemu maka sapaan pertama adalah mendoakan dapat Barokah selain doa keselamatan. Demikian juga ketika Allah SWT menciptakan bumi di Bakkah (baca: Makkah) menyebutnya yang Barokah. Nabi Muhammad SAW mengawali doa di pagi hari kepada umatnya memohonkan barokah. Semua itu demi mendapat berlimpah dan berlipatgandanya kebaikan.
Lalu bagaiman hidup yang barokah? Adalah hidup yang penuh kebaikan untuk dirinya dan orang lain. Ia punya rezeki, ilmu dan perjuangan yang membawa pada kebaikan untuk dirinya dan kebaikan untuk masyarakat. Bahkan kehidupan keluarganya memberi nilai dan inspirasi kebaikan untuk umat.
Semua kebaikan dari diri manusia berawal dari rezekinya. Jika rezekinya dari barang haram, pasti hidupnya tak barokah, bahkan akan selalu gelisah di dunia. Dan kalau tak diampuni oleh Allah SWT, kelak di akhirat akan disiksa di neraka. Hidup yang barokah harus hidup dengan rezeki yang halal dan baik.
Ada empat cara dan tingkatan Allah SWT memberi rezeki pada hamba-Nya. Pertama, rezeki yang telah Allah SWT siapkan kepada seluruh makhluknya yang melata di muka bumi tanpa terkecuali (QS. Huud: 6). Kedua, Allah akan memberi rezeki yang sudah disiapkan itu sesuai dengan upaya yang dilakukan oleh manusia tanpa membedakan status imannya. Apakah itu Muslim atau kafir (QS. Al Mulk:15). Yang kerja keras dan kerja cerdas akan mendapat rezeki lebih banyak.
BACA JUGA: Rizki yang Barokah
Ketiga, Allah akan menambah dan melipat gandakan rezeki orang yang bersyukur tanpa ada batasannya dan akan mendapat siksa-Nya manakala kufur (QS. Ibrahim: 7). Mensyukuri rezeki itu dengan berupaya mendapatkan rezeki secara halal dan menggunakannya di jalan Allah SWT.
Keempat, rezeki yang diberikan Allah SWT tanpa diduga dan tanpa terbilang. Hal ini hanya bagi orang yang bertaqwa kepada-Nya. Yaitu orang yang menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (QS. Ath Thalalq:2-3).
Namun, semua rezeki yang berlimpah itu kadang belum cukup. Karena “lebih banyak pasak dari pada tiang”. Hidupnya masih dirongrong oleh kebutuhan dan gaya hidupnya. Maka Allah SWT akan memberi kecukupan kepada orang yang tawakkal kepada-Nya. Yaitu orang yang berupaya maksimal dalam mencari rezeki Allah SWT seraya berserah diri dan berdoa agar rezeki dan hidupnya Barokah.
Mari kita evaluasi, pada tingkatan yang mana dari empat cara itu dalam memperoleh rezeki. Mudah-mudahan Allah SWT memberkahi hidup kita. Amin. []
SUMBER: CHOLILNAFIS.COM