Oleh: Muhammad Agus Salim
Mahasiswa Ekonomi Syariah
UIN Raden Intan Lampung
salim.binmaryadi@gmail.com
BAGI bangsa Indonesia, Ramadhan merupakan merupakan hal yang kental akan nilai-nilai Religion-Tradition. Bulan ramadhan bukan hanya berbicara soal agama atau syariah, tetapi sudah bertransformasi menjadi sebuah unsur tradisi yang sulit dipisahkan dari lifestyle dan mentalitas masyrakat Indonesia. Ditambah komposisi penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim, semakin melengkapi fenomena tersebut.
Tradisi bulan Ramadhan ini sudah sangat melekat sedemikian rupa, sehingga menjadi indikasi betapa lekatnya agama islam terhadap pola hidup dan gaya kehidupan bangsa Indonesia. Hingga Ramadhan menjadi momentum yang sangat didamba seluruh umat Muslim Indonesia. Betapa tidak, karena di bulan ini terdapat banyak keutamaan dan nilai-nilai kehidupan. Pengaruh agama islam dapat dikatakan sangat lekat dan tidak bisa digantikan oleh nilai mana pun.
Namun dibalik kemeriahan dan gegap gempita bulan tradisi dari Bangsa ini, terkadang timbul kritik yang menelaah sejauhmana tradisi ini kuat berpijak pada syariat islam. Dari sebagian tradisi itu, ada yang masih original tanpa mengalami penyimpangan yang berarti, tetapi juga tidak sedikit yang telah mengalami penyimpangan.
Dalam hal ini terkait hubungan tradisi masyarakat terhadap kemeriahan bulan Ramadhan dibandingkan dengan otentitas syariat islam dibagi menjadi tiga jenis hubungan, diantaranya:
(1)Tradisi yang masih sejalan dengan syariat islam secara murni dan paten, serta memang diperintahkan dalam bulan Ramadhan.
Di antaranya: Sahur, Berbuka Puasa, Shalat Tarawih, Memperbanyak membaca Al-Quran, Memperbanyak sedekah dan I’tiqaf
(2)Tradisi yang masih sejalan dengan syariat islam secara umum, namun tidak hanya diperintahkan dilakukan secara khusus di Bulan Ramadhan saja.
Diantaranya: Berziarah kubur, saling berkunjung, mengucapkan tahniah/selamat dan saling bermaafan.
(3)Tradisi yang sama sekali tidak memiliki dasar dari syariat islam, bahkan justru cenderung bertentangan.
Di antaranya: Membakar petasan, pesta makan-makan berlebihan, memperlama tidur siang, belanja boros dan kembali berbuat dosa selepas Ramadhan.
Begitulah, sekelumit warna-warni Ramadhan yang tentunya kita perlu pahami. Sebagai Muslim yang cerdas harus lebih bijak, dengan dibuktikan pengetahuan sebelum melakukan sebuah tindakan. Semoga Ramadhan 1441 H dapat memberi Outout baik untuk pribadi Kita kedepan. Aamiin. []
Referensi: Ahmad Sarwat, Lc. MA (Ramadhan antara Syariah dan Tradisi)
Kirim Info Kegiatan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (1) halaman MS Word. Sertakan foto kegiatan terkait.