Oleh: Eri
Pemerhati Masyarakat
fadlihussen1@gmail.com
SETIAP tahun di bulan April sudah menjadi tradisi kita, terutama kaum perempuan untuk mengapresiasikan perjuangan R.A. Kartini. Dilakukan dengan berbagai acara, seperti memakai pakaian adat, pawai, lomba masak dan sebagainya.
Perempuan hari ini mendapatkan kebebasan publik seperti mengenyam pendidikan sampai jenjang tinggi, berkarir atau beraktivitas di publik, ini semua ‘katanya’ tidak terlepas dari pemikiran Kartini yang memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan kesetaraan dalam bidang pendidikan.
Namun sayang, kaum perempuan terutama muslimah tidak dibiarkan begitu saja untuk eksplorasikan dirinya agar bermanfaat untuk umat dan negara. Tetapi ada banyak pihak meracuni muslimah dengan ide kesetaraan gender. Mereka ingin mengeksploitasi kaum perempuan dan menjadikannya komoditi bagi kapitalis barat. Selain itu, mereka menjadikan sosok Kartini sebagai pahlawan emansipasi.
BACA JUGA: 2 Fakta tentang RA Kartini yang Jarang Diketahui
Akibatnya, Kartini hadir sebagai sosok perempuan yang memperjuangkan kebebasan ala barat. Perempuan memilih untuk keluar dari fitrahnya sebagai ibu pendidik anak, lalu berkarir diluar dengan konsekuansi meninggalkan anak di rumah serta mengambil profesi yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki. Akibatnya, tatanan keluarga muslim pun rusak dibuatnya.
Sebenarnya, apa yang diklaim sebagai cita-cita dari seorang Kartini -kesetaraan-, telah jauh-jauh hari dijelaskan dalam Al-Quran mulia. Yakni bahwa tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam usaha mencapai derajat mulia di hadapan Robb-NYA, serta dalam memperoleh pahala serta ampunan-NYA. Firman Allah:
‘Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar’ ( QS. Al Ahzab : 35).
Sungguh perjuangan emansipasi yang salah arah telah menghilangkan peran penting perempuan. Untuk itu, muslimah harus mengembalikan perannya sebagai ummu warobatul bait, ibu yang mendidik dan mencetak generasi terbaik. Membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan agama. Menghapus kebodohan akibat pemikiran sekuler dengan pemikiran Islam. Membentuk pola pikir dan sikap yang berlandaskan Islam sehingga menghasilkan kepribadian Islam.
BACA JUGA: Tokoh Muslim Ini Bikin RA Kartini Kepincut, Alasannya …
Muslimah akan menyadari hak dan kewajiban yang telah Allah swt tetapkan, bukan bentuk diskriminasi tapi untuk saling melengkapi. Sudah cukup kita larut dalam ceremony yang sia-sia. Kini saatnya, muslimah kembali kepada fitrahnya sebagai ummu wa robbatul bait seraya tetap menjalankan tugasnya yang lain dengan terus menambah wawasan ilmu dan berperan serta dalam pembangunan peradaban Islam yang akan segera datang kembali, insyaAllah.
Waallahu ‘alam bis shawwab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.