KONON semasa muda dulu, Hasan Al-Basri adalah pemuda yang tampan dan kaya. Sayangnya ia suka menghambur-hamburkan waktunya untuk berfoya-foya. Suatu hari ia melihat kain sutra hijau yang sangat indah. Ia pun tertarik untuk membelinya sebagai hadiah bagi seorang gadis idamannya.
Kemudian dihampirinya pelayan toko kain tersebut dan bertanya, “Saya ingin membeli kain sutra hijau itu. Berapa harganya?”
BACA JUGA:Â 4 Pangkal Segala Keburukan Menurut Hasan Al Bashri
Tak disangka, pelayan tersebut menjawab, “Saya tidak berani menjualnya!”
Tentu saja jawaban pelayan itu membuat Hasan Al-Basri keheranan, lalu ia berkata, “Jika kau tak ingin menjualnya, lantas untuk apa kaupajang kain itu?”
“Saya bukan pemilik toko ini. Saya hanya seorang pelayan yang dipercaya majikan untuk menjaga dagangannya,” jelas pelayan tersebut.
Sambil bersungut, Hasan Al-Basri bertanya kembali, “Kapan majikanmu datang?”
Pelayan itu menjawab, “Saya tidak tahu. Mungkin petang nanti. Ada anggota keluarga yang sakit.”
BACA JUGA:Â Teladan Hasan Al-Basri
“Sudahlah, jual saja sepotong. Toh, majikanmu tidak akan tahu karena masih bersisa banyak,” bujuknya lagi.
Pelayan itu menghela nafas panjang. Ia menimpali, “Memang majikan saya tidak akan tahu. Tapi, bagaimana dengan Penguasa majikan saya? Apakah tuan menjamin Dia tidak akan tahu?”
Sambil tersenyum sinis, Hasan Al-Basri menantang, “Memangnya siapa penguasa majikanmu?”
“Allah ‘Azza wa Jalla” tandas pelayan itu. []