Oleh: Ustadz Abdul Shomad Lc, MA
وفي المغني لابن قدامة: قال أحمد بن حنبل، الميت يصل إليه كل شئ من الخير، للنصوص الواردة فيه، ولان المسلمين يجتمعون في كل مصر ويقرءون ويهدون لموتاهم من غير نكير، فكان إجماعا.
DALAM kitab al-Mughni karya Ibnu Qudamah: Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Mayat, semua kebaikan sampai kepadanya, berdasarkan nash-nash yang ada tentang itu, karena kaum muslimin berkumpul di setiap tempat, membaca (al-Qur’an) dan menghadiahkan bacaannya kepada orang yang sudah meninggal tanpa ada yang mengingkari, maka ini sudah menjadi Ijma’.
Pendapat Imam Ibnu Taimiah:
فصل : وأما القراءة والصدقة وغيرهما من أعمال البر فلا نزاع بين علماء السنة والجماعة في وصول ثواب العبادات المالية كالصدقة والعتق كما يصل إليه أيضا الدعاء والاستغفار والصلاة عليه صلاة الجنازة والدعاء عند قبره.
وتنازعوا في وصول الأعمال البدنية : كالصوم والصلاة والقراءة والصواب أن الجميع يصل إليه، فقد ثبت في الصحيحين عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال : [ من مات وعليه صيام صام عنه وليه ] وثبت أيضا : [ أنه أمر أمرأة ماتت أمها وعليها صوم أن تصوم عن أمها ] وفي المسند عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال لعمر بن العاص : [ لو أن أباك أسلم فتصدقت عنه أو صمت أو اعتقت عنه نفعه ذلك ] وهذا مذهب أحمد وأبي حنيفة وطائفة من أصحاب مالك والشافعي.
وأما احتجاج بعضهم بقوله تعالى { وأن ليس للإنسان إلا ما سعى} فيقال له قد ثبت بالسنة المتواترة وإجماع الأمة : أنه يصلى عليه ويدعى له ويستغفر له وهذا من سعي غيره، وكذلك قد ثبت ما سلف من أنه ينتفع بالصدقة عنه والعتق وهو من سعى غيره وما كان من جوابهم في موارد الإجماع فهو جواب الباقين في مواقع النزاع وللناس في ذلك أجوبة متعددة
لكن الجواب المحقق في ذلك أن الله تعالى لم يقل : إن الإنسان لا ينتفع إلا بسعى نفسه وإنما قال : {ليس للإنسان إلا ما سعى } فهو لا يملك إلا سعيه ولا يستحق غير ذلك وأما ما سعى غيره فهو له كما أن الإنسان لا يملك إلا مال نفسه ونفع نفسه فمال غيره ونفع غيره وهو كذلك للغير لكن إذا تبرع له الغير بذلك جاز.
وهكذا هذا إذا تبرع له الغير بسعيه نفعه الله بذلك كما ينفعه بدعائه له والصدقة عنه وهو ينتفع بكل ما يصل إليه من كل مسلم سواء كان من أقاربه أو غيرهم كما ينتفع بصلاة المصلين عليه ودعائهم له عند قبره
BACA JUGA: Pengakuan Ummu Ahmad saat Mandikan Jenazah Gadis yang Tak Pernah Shalat
Pasal: Adapun bacaan (al-Qur’an), sedekah dan amal kebaikan lainnya, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah tentang sampainya pahala ibadah bersifat harta seperti sedekah dan membebaskan (memerdekakan) hamba sahaya, sebagaimana sampainya doa, istighfar, shalat, shalat jenazah dan doa di kubur.
Para ulama berbeda pendapat tentang sampainya pahala amal yang bersifat badani (fisik) seperti puasa, shalat dan bacaan al-Qur’an. Menurut pendapat yang benar, semua itu sampai kepada orang yang telah meninggal dunia. Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “Siapa yang meninggal dunia, sedangkan ia masih memiliki kewajiban puasa, maka walinya melaksanakan puasa untuknya”.
Dalam hadits lain, “Rasulullah Saw memerintahkan seorang perempuan yang ibunya telah meninggal dunia, sementara ibunya itu masih ada kewajiban puasa, agar anaknya itu berpuasa untuk ibunya”. Disebutkan dalam al-Musnad, dari Rasulullah Saw, beliau berkata kepada ‘Amr bin al-‘Ash, “Andai bapakmu masuk Islam, kemudian engkau bersedekah untuknya atau berpuasa untuknya atau memerdekakan hamba sahaya untuknya, maka semua itu bermanfaat baginya”. Ini menurut mazhab Imam Ahmad, Abu Hanifah, sekelompok ulama dari kalangan mazhab Maliki dan Syafi’i.
Adapun sebagian mereka yang berdalil dengan ayat, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (Qs. an-Najm [53]: 39). Jawaban terhadap mereka, disebutkan dalam hadits Mutawatir dan Ijma’ kaum muslimin: bahwa orang yang telah meninggal dunia itu dishalatkan, didoakan dan dimohonkan ampunan dosa. Semua itu adalah perbuatan orang lain untuk dirinya.
Demikian juga menurut riwayat yang terpercaya dari kalangan Salaf bahwa sedekah dan memerdekakan hamba sahaya bermanfaat bagi orang yang telah meninggal dunia, dan itu adalah perbuatan orang lain. Jawaban terhadap mereka yang berasal dari Ijma’ merupakan jawaban terhadap permasalahan-permasalahan lain yang diperdebatkan. Banyak jawaban dalam masalah ini, akan tetapi jawaban yang benar adalah bahwa Allah Swt tidak mengatakan, “Sesungguhnya manusia tidak mendapatkan manfaat kecuali dari usaha dirinya sendiri”. akan tetapi Allah Swt mengatakan, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (Qs. an-Najm [53]: 39). Manusia tidak memiliki melainkan apa yang telah diusahakannya, ia tidak memiliki selain daripada itu. Adapun apa yang diusahakan orang lain, maka itu milik orang lain, sebagaimana manusia tidak memiliki melainkan harta miliknya sendiri dan manfaat yang diusahakannya sendiri. Maka harta orang lain dan manfaat yang diusahakan orang lain juga adalah milik orang lain.
Akan tetapi, jika seseorang menyumbangkan (harta/manfaat) tersebut kepada orang lain, itu bisa saja terjadi. Demikian juga halnya jika seseorang menyumbangkan hasil usahanya kepada orang lain, maka Allah Swt menjadikannya bermanfaat bagi orang lain tersebut, sebagaimana doa dan sedekah seseorang bermanfaat bagi orang lain. Maka orang yang telah meninggal dunia memperoleh manfaat dari semua yang sampai kepadanya yang berasal dari semua muslim, apakah itu kerabatnya ataupun orang lain, sebagaimana ia mendapatkan manfaat dari shalat orang-orang yang melaksanakan shalat untuknya dan berdoa untuknya di kuburnya.
BACA JUGA: Pembahasan Alam Semesta dalam Alquran
Pendapat Imam Ibnu Qayyim al-Jauziah Murid Imam Ibnu Taimiah:
وأما قراءة القرآن وإهداؤها له تطوعا بغير أجرة فهذا يصل إليه كما يصل ثواب الصوم والحج
Adapun bacaan al-Qur’an dan menghadiahkan bacaannya secara sukarela tanpa upah, maka pahalanya sampai sebagaimana sampainya pahala puasa dan haji.
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin
وإن أهدى الإنسان إلى الميت عملاً صالحاً كأن يتصدق بشيء ينويه للميت أو يصلى ركعتين ينويها للميت أو يقرأ قرآن ينوينه للميت فلا حرج في ذلك ولكن الدعاء أفضل من هذا كله لأنه هو الذي أرشد إليه النبي صلى الله عليه وسلم.
Jika seseorang menghadiahkan amal shaleh untuk mayat, misalnya ia bersedekah dengan sesuatu, ia niatkan untuk mayat, atau shalat dua rakaat ia niatkan untuk mayat, atau ia membaca al-Qur’an ia niatkan untuk mayat, maka tidak mengapa (boleh), tapi doa lebih afdhal dari semua itu, karena itulah yang ditunjukkan Rasulullah Saw.
Bagaimana Hadits Yang Menyatakan Yang Mengalir Hanya Tiga Perkara?
Yang lain terputus?
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya”. (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i). Yang dimaksud dengan kalimat: [انْقَطَعَ عَمَلُهُ ] putuslah amalnya. Maksudnya adalah: amal mayat tersebut terputus, terhenti, ia tidak dapat beramal lagi. Bukan amal orang lain kepadanya terputus, karena amal orang lain tetap mengalir kepadanya, seperti badal haji, shalat jenazah, doa dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan di atas berdasarkan hadits-hadits shahih.
Catatan Kaki:
[1] Syekh Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, juz: I, (Lebanon: Dar al-Kitab al-‘Araby, Lebanon), juz.I, hal.569.
[2] Imam Ibnu Taimiah, al-Fatawa al-Kubra, juz.III (Beirut: Dar al-Ma’rifah, Beirut), hal.63-64.
[3] Ibnu Qayyim al-Jauziah, ar-Ruh fi al-Kalam ‘ala Arwah al-Amwat wa al-Ahya’ bi ad-Dala’il min al-Kitab wa as-Sunnah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1395H), hal. 142.
[4] Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, juz.XVI, hal.228
Sumber: Abdul Shomad Lc, MA, 37 Masalah Populer, Tafaqquh Media: Pekanbaru, 2014
Penulis adalah alumnus S1 Unversitas Al-Azhar, Mesir dan S2 Dar Al-Hadits Al-Hassania Institute, Kerajaan Maroko. Kini sehari-hari menjadi Anggota Komisi Fatwa MUI Kotamadya Pekanbaru dan Dosen UIN Sultan Syarif Kasim, Riau.