MEMBANGUN keluarga islami merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal ini karena apabila kita mengharapkan terwujudnya kehidupan masyarakat dan bangsa yang islami, harus diwujudkan terlebih dahulu keluarga yang islami.
Pembentukan keluarga tentu saja harus dimulai dengan akad nikah yang merupakan sunnah Rasulullah yang sangat suci, agung dan sakral.
BACA JUGA: Mewujudkan Keluarga Harmonis melalui Bulan Ramadhan
Bahkan, diistilahkan dalam Al-Qur’an dengan mitsaqan ghalizha atau perjanjian yang sangat kuat. Allah SWT berfirman:
وَ كَيْفَ تَأْخُذُوْنَهٗ وَقَدْ اَفْضٰى بَعْضُكُمْ اِلٰى بَعْضٍ وَّاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِّيْثَا قًا غَلِيْظًا
“Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu.” (QS. An-Nisa’ [4]: 21)
Istilah ini digunakan juga untuk menyebut perjanjian antara para Nabi dengan Allah SWT dalam mengemban perjuangan dakwah. Allah SWT berfirman:
وَاِ ذْ اَخَذْنَا مِنَ النَّبِيّٖنَ مِيْثَا قَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُّوْحٍ وَّاِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖ وَاَ خَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَا قًا غَلِيْظًا
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan ‘Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh,” (QS. Al-Ahzab [33]: 7)
Oleh karena itu, pernikahan dan walimatu arusy harus dilaksanakan sesuai dengan ajaran islam dan jangan sampai dinodai dengan hal-hal yang bernilai maksiat.
Ada 5 Cara Membangun Keluarga Islami:
Membangun Keluarga Islami: Memperkokoh Rasa Cinta
Bila rasa cinta suami kepada istri, atau sebaliknya, telah hilang dari hatinya, kehancuran rumah tangga sangat sulit dihindari. Oleh karena itu, suasana cinta mencintai harus ditumbuh suburkan atau diperkokoh.
BACA JUGA: 35 Kata-kata Mutiara Islami Nasihat Pengantin Baru
Tidak hanya pada masa-masa awal kehidupan rumah tangga, tetapi juga pada masa-masa selanjutnya hingga suami istri mencapai masa tua dan menemui kematian.
Membangun Keluarga Islami: Saling Menghormati
Suami hormat kepada istri dengan memberikan penghargaan yang wajar terhadap hal-hal baik yang dilakukan istrinya, begitu juga dengan istri terhadap suaminya dengan menerima apa-apa yang diberikan suami meskipun jumlahnya tidak banyak.
Umumnya, kehidupan rumah tangga diawali dengan masa romantis yang segalanya indah, bahkan adanya kelemahan dan kekurangan tidak terlalu dipersoalkan.
Romantisme memang membuat penilaian suami terhadap istri dan istri terhadap suaminya menjadi sangat subjektif.
Akan tetapi, ketika rumah tangga berlangsung semakin lama mulailah muncul penilaian yang objektif dalam arti suami menilai istri atau istri menilai suami apa adanya.
Dalam membangun keluarga islami, Rasulullah ﷺ telah mencontohkan kepada kita betapa beliau berlaku baik kepada keluarganya. Dalam satu hadits beliau bersabda, yang artinya:
‘’Orang yang paing baik diantaa kamu adalah yang paling baik dengan keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.’’ (HR Thabrani)
Membangun Keluarga Islami: Saling Menutupi Kekurangan
Tidak hanya kekurangan dari segi fisik, tetai juga dari sifat-sifat. Oleh karena itu, suami istri yang baik tentu saja harus saling menutupi kekurangan-kekurangan itu yang berarti tidak suka diceritakan kepada orang lain, termasuk kepada orang tuanya sendiri.
Oleh karena itu, Al-qur’an menyebut suami istri seperti pakaian yang salah satu fungsinya adalah untuk menutup aurat. Bila aurat terbuka, membuat seseorang menjadi malu. Allah SWT berfirman:
اُحِلَّ لَـکُمْ لَيْلَةَ الصِّيَا مِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَآئِكُمْ ۗ هُنَّ لِبَا سٌ لَّـكُمْ وَاَ نْـتُمْ لِبَا سٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّکُمْ كُنْتُمْ تَخْتَا نُوْنَ اَنْفُسَکُمْ فَتَا بَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَا لْــئٰنَ بَا شِرُوْهُنَّ وَا بْتَغُوْا مَا کَتَبَ اللّٰهُ لَـكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَا شْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الْخَـيْطُ الْاَ بْيَضُ مِنَ الْخَـيْطِ الْاَ سْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَا مَ اِلَى الَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَا شِرُوْهُنَّ وَاَ نْـتُمْ عٰكِفُوْنَ ۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّا سِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
“Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu beritikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187)
Meskipun demikian, dengan maksud untuk konsultasi dan perbaikan atas persoalan keluarga yang tidak bisa diatasi atau dipecahkan kepada orang yang sangat dipercaya, seseorang boleh saja mengungkapkan kekurangan sifat-sifat suami atau istri selama orang itu pun terjamin tidak menceritakan aib itu kepada orang lain.
Membangun Keluarga Islami: Bekerja Sama Dalam Kebaikan
Sekurang-kurangnya ada tiga bentuk kerja sama suami istri yang harus dijalani, yakni kerja sama dalam mengatur ekonomi keluarga sehingga nafkah yang diperoleh cukup untuk satu bulan dan bisa menabung, kerja sama dalam mendidik anak agar mereka menjadi shaleh sehingga tidak ada sikap dan perilaku yang kontradiktif antara suami dan istri ataupun sebaliknya, juga kerja sama daam mengatur urusan sehari-hari di rumah. Keharusan dalam bekerja sama dalam hal-hal yang baik.
Membangun Keluarga Islami: Memfungsikan Rumah dengan Sebaik-baiknya
Dalam membangun kehidupan rumah tangga tidak sekedar dijadikan seperti terminal dalam arti anggota keluarga menjadikan rumah sekedar untuk singgah sebagaimana terminal, tetapi semestinya rumah tangga itu difungsikan sebagai tempat kembali guna menghilankan rasa penat dan memperbaiki diri dari pengaruh yang tidak baik serta memperkokoh hubungan baik dengan sesama anggota keluarga.
Akhirnya, memang kita sadari bahwa mewujudkan kehidupan rumah tangga islai bukan perkara yang mudah, diperlukan kesunguhan kita masing-masing sebagaimana juga kita dituntut bersungguh-sungguh sebagai seorang muslim.[]
Referensi: Kumpulan Khutbah/Drs. Hartono A. Jaiz/Darul Haq 2008