SURGA? Apa kira-kira yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata “surga”? Pasti keindahan dan kenikmatan yang hadir dalm pikiran dan perasaan. Surga adalah taman yang sejatinya tidak ada yang tahu. Intinya surga adalah kebahagiaan dan ketenangan yang dijanjikan oleh Allah SWT untuk umat-Nya yang taat. Adakah surga di dunia?
Jika surga kita artikan dengan kebahagiaan dan ketenangan, tentunya ada. Surga kita bisa temukan di jalanan. Surga bisa kita rasakan di kendaraan umum. Surga bisa kita temukan di berbagai tempat dan keadaan. Rumah kita pun juga bisa berbentuk surga. “Rumahku Surgaku”, begitulah kata pribahasa.
Bagaimana untuk mendapatkan surga di dunia? Salah satu kuncinya adalah menjadi pribadi yang bermanfaat. Baik untuk diri sendiri atau orang lain. Ukuran manfaat itu simpel, simpati tinggi pada sekitar dan gemar berbagi. “manusia terbaik itu adalah yang menebar manfaat bagi manusia”. Memberikan manfaat bisa kita coba dengan senyuman tiap berpapasan dengan orang lain. Selalu sigap saat ada kegiatan kemasyarakatan dan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan lewat silaturrahim.
BACA JUGA: Saat Anakku Bertanya, Apakah Karena Dosa Nabi Adam Diturunkan Allah dari Surga?
Surga bisa kita hadirkan dalam suasana rumah masing-masing. Caranya adalah membuka lebar-lebar pintu rumah untuk siapa saja yang datang. Buat dekorasi rumah yang sedap di pandang dan adem di perasaan. Bukan bangunan fisik rumah yang menjadi prioritas, tapi ruh kehidupan isinya yang perlu dihidupkan. Jaga kebersihan lingkungannya dan bumbuhi psikis rumah dengan lantunan ayat suci dan sholat sunah. Rasulullah SAW bersabda:
نَوِّرُوْا مَنَازِلَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْانِ – رواه البيهقي
“Hiasilah rumahmu dengan sholat(sunah) dan bacaan quran”.
Rasulullah SAW juga bersabda:
اِجْعَلُوْا مِنْ صَلَاتِكُمْ فِيْ بُيُوْتِكُمْ وَلَا تَتَّخِذُوْهَا قُبُورًا – رواه البخاري
Jadikanlah sholat (sebagai hiasan) di rumah kalian. Jaganlah jadikan ia seperti kuburan.
Selain itu, perhatikanlah kehidupan tetatngga sekitar rumah. Sekiranya ada yang butuh bantuan, maka bantulah semampunya. Karena perilaku kita pada orang lain sangat menentukan prilaku orang lain pada kita. Jika kita baik pada tetangga, maka tetangga akan baik pada kita. Sebaliknya jika kita suka menebar resah di lingkungan sekitar, maka hidup di rumah seakan di hutan belantara. Sebagai muslim sejati seharusnya hidup ala nabi, yaitu “muslim sejati adalah saat muslim yang lain aman dari tindakan dan ucapannya”. Menjaga lisan sebaik mungkin agar tidak menyakiti tetangga. “salamatul insan fi hifdzil lisan”, keselamatan manusia tergantung bagaimana cara menjaga lisannya.
BACA JUGA: Benarkah Non Muslim yang Baik Bisa Masuk Surga?
Jadi, rumah bak istana bukan jaminan hidup penghuninya sempurna dan gubuk sederhana bukan jaminan hidup penghuninya merana. Semua tergantung jiwa yang menempati. Deretan mobil di garasi, kilauan emas di brangkas, milyaran rupiah di rekening, tidak menjamin pemiliknya bisa hidup nyaman dan tenang. Kadang dikalahkan oleh mereka yang atap rumahnya bocor, makanan keseharian nasi jagung lauk tempe. Hidup seadanya dan adanya hidup sekadarnya. Rumus hidup yang tak terbantahkan, yaitu berbuat baik pada orang lain adalah berbuat baik pada diri sendiri. Saat hidup akur dengan tetangga, itulah surga yang sebenarnya. []
SUMBER: BINCANG SYARIAH