Oleh: Abdullah Hadrami
CINTA karena Allah itu mempunyai harga sangat mahal yang harus dibayar, dan sedikit sekali yang mau membayarnya. Apa harga mahal yang harus dibayar itu?
Harga mahal yang harus dibayarkan oleh siapa saja yang mengaku cinta karena Allah, yaitu, saling menasehati, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat 103 Al-‘Ashr.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
“Demi masa [1] Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian [2] Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran [3]”.
Seseorang yang mengaku cinta kepada temannya karena Allah maka harus terus menerus mengawasi temannya tersebut untuk saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran. Hal ini jarang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku saling cinta karena Allah, dengan alasan khawatir temannya tersinggung, atau khawatir temannya marah, atau khawatir temannya meninggalkannya, dan berbagai macam alasan lainnya..
Jadi, harga mahal yang harus dibayarkan oleh orang-orang yang saling mencintai karena Allah adalah saling menasehati dengan melakukan amar makruf nahi munkar, yaitu saling mengingatkan dan memotivasi untuk menjadi lebih baik, lebih taat kepada Allah, lebih istiqamah dalam mengamalkan Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam.
Karena itu apabila ada dua orang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bertemu, keduanya tidak berpisah melainkan salah seorang dari keduanya membacakan kepada yang lain surat Al-‘Ashr sampai selesai, kemudian salah seorang dari keduanya memberikan salam kepada yang lain dan berpisah.
Ath-Thabrani Rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubaidullah bin Hisn Abu Madinah, ia berkata: “Bahwasanya apabila ada dua orang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bertemu, keduanya tidak berpisah melainkan salah seorang dari keduanya membacakan kepada yang lain surat Al-‘Ashr sampai selesai, kemudian salah seorang dari keduanya memberikan salam kepada yang lain.”
Al-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata: “Kalau sekiranya manusia mentadabburi(merenungkan dan menghayati) surat ini (Al-‘Ashr), pastilah cukup bagi mereka.”
Kisah cinta terpanjang itu adalah saling cinta karena Allah. Dimulai dengan saling menasehati untuk menjadi lebih baik. Berlanjut dengan saling mendoakan dikala dekat dan jauh. Puncaknya adalah bertemu di ‘Mimbar-Mimbar dari Cahaya’ di surga sukses dengan meraih Cinta Allah
Allah berfirman dalam Hadits Qudsi: “Orang-orang yang saling cinta karena Aku, untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya..” (HR. At-Tirmidzi dan beliau berkata: Hadits Hasan Shahih). []
Referensi:
– Tafsir Ibnu Katsir: 4/657
– Tafsir Al-Qasimiy: 9/538 dan Al-Misbahul Munir Fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir
– Isyraf: As-Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarak Fuuriy, hal 1529.