Oleh: Dini Prananingrum
Pembina Kajian Annisa Yogyakarta
dinie.azzahra@gmail.com
BANYAK orangtua yang mengiginkan anaknya menjadi shaleh. Bahkan diantara mereka, ada yang menginginkan sang anak memiliki ketangguhan dan kehebatan layaknya Muhammad Al Fatih sang pembebas Konstantinopel yang menguasai lebih dari tujuh bahasa.
Hingga mereka berlomba-lomba mengikuti berbagai seminar parenting, menyekolahkan si buah hati di sekolahan terbaik, ataupun memberikan berbagai macam fasilitas untuk menunjang pendidikan sang buah hati.
Namun tak ayal, pada faktanya banyak para orangtua yang akhirnya kesulitan mencetak dan mendidik anak-anak mereka sesuai cita-cita.
BACA JUGA: Orangtua Tak Jadi Masuk Surga karena Anak, Ini Sebabnya
Tak jarang ditemukan anak-anak yang bersikap jauh dari sopan dan adab. Bahkan cenderung berani terhadap orangtua dan gurunya sendiri. Masih teringat kisah seorang murid di Madura yang berani menganiaya gurunya hingga menyebabkan sang guru tewas karena tak terima ditegur saat menganggu teman-temannya yang sedang belajar.
Pun kita temukan beberapa kasus seorang anak yang melawan orangtuanya sendiri, tidak mau mendengarkan nasehat, suka menghardik maupun gampang membantah. Hingga berujung pelampiasan kepada teman diluar, melalui aksi tawuran ataupun kekerasan pelajar.
Realitas remaja zaman now juga sudah dluar batas kewajaran. Free sex, mengunggah video alay dan berlomba-lomba mengikuti berbagai challenge kekinian hingga berbagai pola tingkah laku yang mudah terbawa arus globalisasi tak segan mereka lakukan. Parahnya, mereka tak lagi menganggap hal itu tabu.
Jika menilik salah satu penyebab itu semua adalah hilangnya keteladanan orangtua pada anak sejak dini. Pasalnya, kesibukan dalam dunia kerja telah memalingkan orangtua dari kewajiban mengasuh dan mendidik anak.
Sebagai ganti, orangtua sering kali memberi fasilitas smartphone untuk mengisi hari-hari anak. Padahal, berbagai informasi dan ekspresi liar dapat mereka temukan di media sosial.
Apalagi jika keimanan anak lemah, bisa dipastikan mereka tak mampu selektif dalam menerima informasi. Walhasil, bukan solusi yang mereka dapatkan namun problematika baru yang justru menjadi bumerang.
Yang ada hanyalah generasi pandai tapi krisis moral atau sebaliknya. Bahkan mereka sejak awal sudah diarahkan menjadi generasi bermental pekerja. Belajar sekadar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan memikirkan umat tidak lagi menjadi skala prioritas.
Meluruskan Visi-Misi Orangtua
Permasalahan yang sangat kompleks ini tak bisa diselesaikan dengan cara instan. Maka sejak awal pernikahan, selayaknya orangtua sudah memiliki visi dan misi dalam mendidik anak.
Beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh orangtua ketika sedari awal telah berniat mengambil peran tersebut:
Pertama, yang perlu diingat oleh orangtua adalah bahwa sejak anak dilahirkan, mereka telah memiliki predikat sebagai khoiru ummah (umat terbaik) yang mengajak pada kebaikan.
BACA JUGA: Wahai Orangtua, Penuhi 6 Kewajiban Ini pada Anak
Sebagaimana yang tersurat dalam QS. Al-Imran: 110 “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. Dari sini, seharusnya orangtua termotivasi untuk mencetak anak-anak yang siap menyeru pada kebaikan, bukan sebaliknya.
Kedua, para orangtua sudah seharusnya takut seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, sebagaimana hal tersebut dijelaskan dalam QS. An-Nisa: 9 “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya.”
Dengan semua ini, maka semestinya para orangtua mencurahkan segala daya dan upaya untuk mendidik anak yang kuat iman, ilmu, amal dan fisik. Hingga membentuk mereka menjadi generasi yang tangguh.
Selanjutnya ada dua cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mencetak generasi tangguh. Pertama, orangtua perlu menanamkan kepribadian Islam pada diri anak. Yaitu, anak dididik untuk menjadikan aqidah Islam sebagai landasan berfikirnya dan senantiasa menjadikan standar perbuatannya terikat pada hukum syara’. Kedua, orangtua harus senantiasa menumbuhkan jiwa kepemimpinan pada anak. Sehingga anak tidak mudah menjadi follower keburukan, tetapi anak menjadi leader untuk kebaikan.
Tak cukup hanya itu saja, untuk kesuksesan orangtua dalam memberikan keteladanan terbaik bagi anak demi mewujudkan generasi yang tangguh, perlu sinergi dari berbagai pilar pendidikan. Karena keberadaan orangtua yang merupakan bagian dari keluarga teramat berat memikul pendidikan generasi, jika tidak dibarengi dengan tegaknya pilar pendidikan lainnya, yaitu masyarakat dan negara.
Peranan masing-masing pilar tersebut adalah:
1. Keluarga. Di dalam keluarga, orangtua perlu memberi keteladanan terbaik dalam segala hal, dimulai dari :
a. Kepatuhan kepada Allah baik dalam urusan ibadah, muamalah, pergaulan dan berbagai masalah kehidupan lainnya.
b. Mewujudkan kesalehan terlebih dahulu di dirinya dalam bentuk bersegera melaksanakan syariat Allah, berakhlaqul karimah, mencintai ilmu, menjaga diri dan sebagainya. Hingga semua itu akan membentuk kebiasaan yang baik pada anak.
c. Kelembutan dan kasih sayang. Dengan kelembutan dan kasih sayang yang didapatkan dari orangtua, maka hal itu akan melekat kuat dan membentuk sikap jiwa yang produktif bagi anak.
BACA JUGA: Sikap Orangtua Seperti Ini, Sebabkan Anak Durhaka
d. Kepedulian terhadap umat hingga semangat memperjuangkan agama Allah. Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS Al Hujurat (49) : 10 “Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara”. Ayat ini mengajak sesama kaum mukmin untuk saling peduli, mengerti kondisi satu sama lain, tak cuek ataupun individualis. Disinilah pentingnya orangtua memberi teladan bagaimana bentuk sikap peduli terhadap umat. Tak selayaknya orangtua hanya menyibukkan diri pada urusan pribadi saja. Selain memberi teladan sikap peduli terhadap umat, para orangtua harus memberikan contoh langsung semangat dan perjuangan menegakkan agama Allah.
2. Masyarakat. Keberadaan masyarakat yang kondusif dalam mencetak generasi tangguh teramat penting. Masyarakatlah yang akan mengokohkan pendidikan anak yang telah diperoleh dalam keluarga. Sebaliknya jika masyarakat buruk, masyarakatlah yang akan meruntuhkan pendidikan anak yang telah diterima dalam keluarga. Karena, keluarga adalah bagian dari masyarakat. Serta masyarakat juga wajib mengontrol peranan negara sebagai pelindung generasi. Jika ada indikasi bahwa negara abai terhadap kewajibannya, maka masyarakat harus mengingatkan.
3. Negara. Negara harus menjamin kesejahteraan masyarakat, agar orangtua dapat fokus mendidik anak. Dis amping itu, negara pula yang menjamin keberlangsungan sistem pendidikan yang kondusif.
Maka ini semua akan sangat mudah diwujudkan jika para orangtua mau berbenah, menata ulang kembali visi misi mereka serta ikut mewujudkan kondisi pendidikan ideal dengan tegaknya tiga pilar. Hingga akhirnya mereka mampu memberikan teladan terbaik bagi sang buah hati dan menghasilkan generasi tangguh nan cemerlang dambaan surga yang siap memimpin masa depan.
Wallahua’lam. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.