Oleh: Edgar Hamas
NASIHAT seorang Guru, ada 5 tingkatan seseorang ketika ia berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Pertama, Talaffudz, sekadar membaca tanpa mesti mengetahui arti ayat. Ini dia yang menjadikan Al-Quran istimewa. Ia, dibaca dengan lisan mendatangkan pahala, paham atau tak paham. Suatu zaman Imam Ahmad bermimpi bertemu Allah kemudian menanyakan, “Apa amalan terbaik yang bisa mendekatkan hamba pada-Mu?” “Membaca Al-Qur’an, faham ataupun tidak”, itu jawab-Nya. Terukir indah di buku Siyar A’lam An-Nubala’.
BACA JUGA: 5 Manfaat Mengetahui Surat Makkiyah dan Madaniyah di Dalam Al-Quran
Kedua, Tafahum, ketika kita memahami apa yang diutarakan mutiara keajaiban Al-Quran. Memahaminya butuh perangkat, mulai dari mengilmui bahasa Arab, Ilmu Tafsirnya, Nasikh Mansukh, hingga ke akarnya.
Ketiga, Tadabbur, ketika apa yang kita baca begitu meresap dalam jiwa. Dibaca ayat surga begitu rindu menujunya, dibaca ayat siksa begitu gemetar memaknainya. Bila sampai pada tingkat ini, jiwa benar-benar mendapat gizinya, mata air segar di tengah badai pasir kehidupan.
Keempat, Tafakkur, inilah ketika kita sahabati Al-Quran, kemudian melahirkan ilmu-ilmu megah nan menginspirasi. Al-Quran ini menjadi mata air ide dan ilham. Bagi para Ekonom ia dapatkan kaidah sistem ekonomi madani. Bagi Saintis akan menemukan kaidah permulaan semesta. Tafakkur inilah yang kini memudar dari jatidiri ummat kita.
Kelima, Tanfidz. Melaksanakan. Apapun yang ada dalam Al-Quran, akan menjadi gempita indah jika tangan dan kaki kita melakukan apa yang Quran bimbingkan. Itulah tingkat para Sahabat Rasul, memastikan setiap ayat yang turun mesti mereka laksanakan tanpa basa-basi.
BACA JUGA: Alquran dan Ramadhan
Dan lihat, para penghuni gurun itu akhirnya menjadi penguasa Persia dan Romawi. Memimpin dunia dengan keadilan madani, abadi sebagai kebenaran sejati. []