Oleh: Ustadz Satria Hadi Lubis
DI AKHIR hidupnya, Sayid Qutb pernah berkata, “Ketika kamu bisa menolong orang lain, ketika itulah kamu mencapai puncak kebahagiaan.”
Memang, ditolong orang lain atau mendapatkan hadiah dari orang lain membuat kita bahagia. Namun menolong atau memberikan sesuatu kepada orang lain jauh lebih membahagiakan.
BACA JUGA: Tetaplah Berbuat Baik
Bahkan Al Qur’an menyebutnya sebagai “kebajikan”, yang akan makin sempurna jika kita bisa memberikan apa-apa yang kita cintai.
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuiny.a” (Qs. 3 ayat 92).
Dalam konteks tolong menolong tersebut, maka MEMBIARKAN orang lain menolong atau memberikan kita hadiah adalah cara terpuji untuk membuat orang yang menolong kita bahagia.
Itulah sebabnya Rasulullah ﷺ menganjurkan kita untuk menerima hadiah (dan membalasnya). “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai.” (HR. Bukhari). Aisyah bercerita, “Rasulullah ﷺ biasa menerima hadiah dan biasa pula membalasnya.” (HR. Bukhari).
Yang tidak terpuji itu jika kita meminta-minta (mengemis) untuk ditolong orang lain. Apalagi jika kita sendiri sebenarnya masih mampu.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti, seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram.” (Shahih: HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, an-Nasa-i, dan selainnya).
BACA JUGA: Yang Aku Takut
Jadi selama kita tidak meminta-minta, lalu ada orang lain menolong kita atau memberikan kita hadiah dengan alasan tertentu (misalnya, karena kita sedang ditimpa musibah) atau tanpa alasan tertentu, maka terimalah hadiah tersebut dan jangan gengsi atau jual mahal.
Sebab kita sesungguhnya juga sedang menolong orang tersebut untuk bahagia (dengan cara membiarkan ia menolong kita).
Bukankah hidup akan menjadi lebih indah jika kita saling membahagiakan satu sama lain? Yang menolong bahagia, yang ditolong juga bahagia karena ia membantu orang yang menolongnya untuk bahagia. []