KITA sering mendengar keterangan tentang sembilan dari sepuluh pintu rezeki berasal dari perniagaan. Lagi-lagi Kita diingatkan oleh aturan Islam yang begitu lengkap. Sampai cara mencari rezeki pun Rasulullah ﷺ memberi contoh.
Seperti dikutip dari buku Percepatan Rezeki bahwa Nabi Muhammad dan para sahabatnya adalah orang kaya. Mereka semua para pedagang sukses.
BACA JUGA: Kikir Membuat Sempit Rezeki!
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad SAW sudah berdagang sejak usia 12 tahun dan menjadi pengusaha selama 25 tahun. Beliau juga memberikan mas kawin kepada siti khodijah berupa puluhan lebih unta (sumber lain 100 unta).
Itu adalah salah satu bukti bahwa Nabi kita adalah orang kaya. Hanya saja, beliau sederhana. Makanya Rasulullah hanya memiliki pakaian dan makanan alakadarnya.
Sebetulnya banyak contoh sahabat nabi yang juga seorang pedagang sukses. Salah satunya Usman bin Affan, sahabat yang mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar senilai triliunan rupiah.
BACA JUGA: Kunci Rezeki yang Terlupakan
Salah satu jalan keluar bagi perekonomian saat ini adalah dengan membuka pintu rezeki dari perniagaan. Bahkan jika Negara Indonesia memiliki 15 % dari penduduknya sebagai pengusaha, maka Insyaallah perekonomian akan membaik.
Ini yang sudah terlupakan. Bahwa jauh-jauh hari Rasulullah sudah mencontohkan, namun kita umat nya tidak mengikutinya, lalu jika kita masih tetap tidak menyukai perniagaan pantaskah kita disebut sebagai umat Nabi Muhammad SAW? []