Oleh: Chusnatul Jannah
BELAJAR di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Memang tepat peribahasa itu. Dulu, setiap orang tua berlomba bagaimana anaknya bisa belajar membaca. Membaca huruf hijaiyah maupun membaca konsonan kata bahasa Indonesia. Setiap orangtua selalu menginginkan anaknya bisa membaca. Terlebih membaca al qur’an. Riuh tawa anak-anak pergi mengaji di sinag dan sore hari mewarnai jalanan kampung. Masjid – masjid ramai dengan suara senandung al qur’an. Para santri menimba ilmu menjadi tontonan sehari-hari. Di masa dulu, guru ngaji adalah guru dambaan. Sama seperti saya sewaktu kecil, cita-cita menjadi guru ngaji amat besar.
Zaman semakin berkembang, fenomena santri-santri kecil mengaji kian jarang. Semakin hari masyarakat kita jauh dari nilai religi. Seorang anak yang tak pandai membaca al qur’an dianggap sebagai hal biasa. Dengan alasan si anak khawatir terbebani belajarnya. Hasilnya, di usia dini anak tak disyaratkan bisa membaca al qur’an. Pada akhirnya, mengaji di TPQ atau lembaga pendidikan al qur’an dilakukan alakadarnya atau sebisanya. Sempat ya dikerjakan, tidak sempat bisa ditunda kalau ada waktu luang. Keistiqomahan belajar al qur’an saat ini memang sedang diuji. Prestasi di bidang al qur’an sangat minim. Terlebih standar kesuksesan seseorang seringkali diukur dengan kacamata materi.
Di iklim sekulerisme, orang tua atau guru akan berbangga manakala anak didiknya telah menjadi ‘orang’. Sebutan ‘orang’ yang dimaksud adalah sukses mengukir prestasi dunia. Yaitu mendapat profesi atau jabatan bergaji tinggi. Si anak pandai mengaji atau tidak, bukanlah persoalan besar. Dianggap sesuatu yang wajar karena sibuk belajar meraih cita-cita. Meraih cita-cita keduniawian tidaklah salah. Sebab, Islam sendiri mengajarkan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban. Ilmu adalah jalan menuju surga sebagaimana sabda Nabi saw bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).
Di tengah himpitan sekulerisme, masih ada kalangan orang tua yang peduli dengan bekal agama anaknya. Dari usia dini diajarkan dan ditanamkan kecintaan kepada al qur’an. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya penghafal qur’an cilik. Dari lembaga khusus tahfidz, pesantren bahkan program hafidz qur’an yang diselenggarakan oleh salah satu TV nasional. Antusiasme masyarakat untuk membumikan al qur’an dan menjauhkan anak dari tayangan tak mendidik patut diapresiasi. Hal ini menandakan bahwa nilai-nilai sekulerisme sedikit memudar di kalangan umat Islam. Kerusakan generasi yang tak terkendali menjadi dorongan dan motivasi para orang tua untuk mengenalkan al qur’an sejak dini.
Membaca dan menghafal al qur’an memang memiliki banyak keutamaan. Sebagaimana yang diriwayatkan Abu Umamah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Bacalah Al-Qur`an sebab Al-Qur`an akan datang pada hari kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada orang keutamaan orang yang mempunyainya. (HR Muslim).
Sebaik-baik manusia ialah yang membaca al qur’an dan mengajarkannya. Sebaik – baik rumah adalah yang menghiasinya dengan al qur’an. Nabi Muhammad saw bersabda: “Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah SWT, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahi rahmat, diliputi para malaikat, dan disanjungi oleh Allah di hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud).
Sungguh mulia kedudukan keluarga yang menghiasi kehidupan mereka dengan al qur’an. Alangkah sempurnanya bila mencintai dan membumikan al qur’an juga diwujudkan dalam amal perbuatan. Membaca al qur’an itu sunnah namun mengamalkannya adalah wajib. Hampir tidak terhitung betapa banyak dalil – dalil al qur’an yang memberi perintah kepada kita untuk tunduk dan taat menerapkan syariat-Nya. Allah swt telah jelas menerangkan hal itu dalam firmanNya:
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,” (Az-Zumar: 55).
Alangkah bahagianya bila sebagai hamba kita bisa membaca, menghafal, lalu mengamalkan seluruh kandungan isi al qur’an. Ketika pemikiran dan perasaaan menyatu dalam amal akan menciptakan keharmonisan antara lisan dan perbuatan. menjadi hamba yang memiliki kepribadian Islam yang khas. Mari bumikan al qur’an dengan membaca dan menerapkannya, langitkan amal untuk meraih tangga surga yang telah dijanjikan. Wallahu a’lam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.