HARI yang cerah, namun cukup menyedihkan. Informasi dari guru membuat saya pilu. Seorang anak laki-laki menangis, karena tidak dipinjamkan mainan oleh temannya.
Guru mendekati kemudian berkata, “Oh ada yang sedang sedih ya, mari Bapak peluk!”
Tiba-tiba anak ini bergerak, tangisnya berhenti lalu berkata, “Nggak mau!”
Gurunya bertanya, “Kenapa?”.
Anak ini hanya diam seribu bahasa.
“Suka dipeluk ayah di rumah?” tanya guru.
Jawabannya hanya gelengan kepala.
“Bunda suka meluk?” kembali sang guru bertanya.
Sambil terisak menahan tangis, ia menjawab, “Bunda sukanya meluk dede…”
Beberapa hari kemudian, ada anak lain yang tiba-tiba memeluk gurunya seraya berkata, “Mama ku tidak suka meluk, sukanya marah, Bu…”
Gurunya terkejut, lalu berkata, “Oh begitu ya?” seraya balas memeluk muridnya. ”Baiklah nanti Ibu sampaikan kepada mama, agar memelukmu di rumah.”
Suatu hari saya mendapati seorang anak sedang tantrum tanpa alasan. Menangis, menjerit, kemudian melempar benda-benda di sekitarnya. Namun demikian, alhamdulillah, bundanya tenang, kemudian berkata, “Mari bunda peluk dulu, saying…”
Sang bunda bergerak memeluk anaknya. Tak lama kemudian anak ini kembali tenang.
Memeluk memberi dampak positif terhadap perkembangan buah hati kita. Mereka akan merasa nyaman berada dalam pelukan orang-orang yang menyayanginya. Saat sedih, terluka, sakit maupun bahagia, menerima pelukan membuat anak-anak merasa lebih baik.
Saat membangunkan, kita usap pipinya, berikan kecupan hangat tambah pelukan. Membuat suasana pagi nyaman baginya. Ketika anak hendak pergi sekolah, ayah bunda siap menghantarkan dengan pelukan dan ciuman hangat. Tak lupa do’a yang selalu dibacakan di ubun-ubun menghantarkannya menuju sekolah dengan suasana sangat menyenangkan.
Biasanya, ketika masih bayi, anak sering menerima peluk cium orangtua maupun orang-orang yang menyayanginya. Sebaiknya, hal itu terus berlanjut seiring pertambahan usianya, bukannya berkurang.
Sebagai muslim, kita perlu dalami dan pelajari bagaimana Rasulullah SAW memperlakukan anak-anak. Hadis berikut ini membuktikan bahwa betapa kasih sayang Rasulullah SAW begitu besar terhadap anak-anak. “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin ‘Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, ‘Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium’. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallampun melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau berkata, ‘Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati’,” (HR Al-Bukhari no 5997 dan Muslim no 2318).
Bagaimana dengan kita, Abi-Umi? []